Tak pernah terbersit dalam pikiranku malam itu, hanya saja di
malam sebelumnya
Kau sudah menunjukkan kebesaranMu pada ku. Dan tanpa goyah aku melangkah
ke rumahMu.
Berdandan, mengenakan kebaya terbagusku.
Selayaknya gadis-gadis lain di sekitar ku.
Bukankah itu menyenangkan..??
Saat itu, di depan rumahMu telah berbaris puluhan pemujamu.
Aku naiki satu per satu tangga rumahMu.
Aku dengarkan kebisingan.. bukan.. bukan.. itu kegembiraan..
cerita.. candaan.. tawa,, keceriaan,, dari seluruh pemujamu.
Dan aku hanya salah satu dari mereka.
Istimewakah aku..??
Ketika ku ingat-ingat lagi.
Di malamMu aku berjalan dengan kepercayaanku.
Menuju ruang tengah rumahMu.
Segera ingin bertemu dan memujaMu.
Tapi sebelum itu, aku terkesiap oleh suara lembut ibuku.
"nak, tolong kamu
letakkan dupa ini di atas yadnya di tempat itu" tanpa membantah dengan
senyumku berjalan.
Mengangkat dagu, sambil sekedar melirik dan mendengarkan iringan
gambelan di sebelah tempat ku.
Dan betapa kagetnya aku.
Di depan pintuMu, Kau hadapkan aku padanya.
Pada pemujaMu.
Mengenakan busana sakral.
Gelungan keemasan tanda kemegahan.
Menggenggam tombak kebesaran.
Tanda kesiapan untuk segera memujaMu.
MenyembahMu lewat tariannya.
Sungguh aku terkejut.
Karena aku tak menyadari ia dihadapanku.
Kau ciptakan senyumku ketika itu.
Saat malam aku memujaMu..
di rumahMu..
Tuhan..
dan aku temukan mimpi ku lagi di rumahMu..