Aku tak pernah mengira. Persimpangan jalan yang begitu asing aku lalui adalah persimpangan tempatku akan menyinggahkan lelah kepadamu. Kau mungkin tak akan lagi mengingatnya. Remang saat aku berbaur dalam hiruk pikuk dan kerlip lampu jalanan. Deru kendaraan membuatku tuli dengan tapak langkah yang aku jelang bersama mereka.
Aku melihatmu disana. Terduduk menunduk di bawah tiang lampu jalanan. Garis lembut menggambar cantik lekukan mata dan hidungmu. Remang begitu apik mewarnai kulitmu. Deru lembut angin membaur rambut hitammu. Aku gagu. Kerikil kecil seketika membuatku tersandung. Agaknya ada musik berbeda yg mengalun begitu saja dalam dadaku. Makin lama aku memerhatikanmu, musik itu terasa makin syahdu menderu ke telingaku. Ini kah laguku? Aku tak lagi tahu seberapa dekat langkahku darimu. Musik semakin melagu. Tangan kaki dan bibirku. Seperti ada ribuan lirik yang seketika aku hafal di dalam kepalaku. Ini laguku?
Segala gerak melambat di sebelahku. Seperti dalam sebuah pigura, aku melihatmu mematung begitu syahdu. Astaga, betapa gilanya aku saat ini. Ada puluhan lagu yang telah aku dengarkan. Ada ribuan helai rambut indah yang aku temukan. Dan ada puluhan wajah cantik nan indah yang selalu terpampang di depan. Tapi itu bukan kamu!
Gurat indahmu berbeda. Tak seperti mereka yang membisingkan telinga. Matamu tak sama. Tak nampak jadi begitu buta. Tak ada kata bosan dalam lirik yang aku dengarkan. Iramanya selalu saja sama. Irama ini, irama yang berbeda dari lagu biasanya. Ini iramamu, laguku.