Kamis, 22 Desember 2011

"berhentilah"

lalu kali ini untuk siapa lagi..???
tak habis-habis rasanya kau coba berontak dan keluar dari celah poriku..kali ini untuk siapa..?
tidakkah cukup hanya kemarin... atau yang kemarinnya lagi..?
aku muak..
karenamu aku harus selalu berusaha bersembunyi bersamamu..
aku lelah terus merasakan aliranmu dalam tiap sudut wajahku..
aku lelah...
tidakkah kau izinkan aku istirahatkan rasa matiku..?
kau ingin bukti apa lagi..??
iya.. dan aku akui,,
aku mengaku padamu,, pada tiap degup yg mengantarmu..
ia belum berubah.... sedikitpun tidak..
dan aku tak mampu mengubahnya...aku pernah mencoba...
tapi nyata nya tetap belum berubah...
cukup,,,
berhentilah,,
berhetilah mengaliri tiap pori wajahku,,
bukankah aku sudah mengakuinya,,jadi aku mohon berhentilah,,
dan izinkan aku istirahatkan semua simpul sarafku... semua simpul rasa matiku..

Rabu, 21 Desember 2011

"tak aku beri judul"

sepanjang jalan aq berpikir,, beradu antara rasa dan pikiran ku,.
mungkin saat ini waktu ku istirahat,.
tak kah kau lihat kaki ku melepuh..
lutut ku gemetar..
punggung yang ku ikuti telah jauh bersama cakarannya..
aku harus istirahat..
maafkan aku kawan,.
mungkin ruang ini harus aku tinggalkan., perjalanan ku hentikan..
tapi itu akan tetap dalam ingatan,.
terima kasih kawan..
derumu dalam perjalanan ku,..
berbahagialah,. :))

Selasa, 20 Desember 2011

"Ia Hanya Api Kecil"

jangan kau tiup.. bukankah sudah aku katakan padamu..
jika telah lelah berkeringat tangan mu, lepaskan.. tapi jangan kau tiup.. ia hanyalah api kecil.. tidakkah kau lihat ia dalam dekapan tanganku..?
jika melepuh tangan mu menjaganya ., lepaskan,,
meski hanya sebelah tanganku merengkuhnya.. jangan kau tiup.. biarkan ia api kecil,, hanya mimpi kecil..
tapi jangan pula kau suguhkan mimpi lain,. karena ini mimpi yang aku buat sendiri,, dan tetap akan aku jaga.,
meski harus melepuh tangan ku menjaganya.,
lelah memang,. jemariku panas karenanya.. tapi ia lilin ku.. api kecil ku.. letak semua mimpi yang aku buat,.

"Tunggu Aku di Persimpangan Berikutnya"

tunggu aku di persimpangan berikutnya,, ujung jari ku menekuk.. masih menekuk..
simpul-simpul yang kau buat untuk ku,, mengikat garis-garis halus..
garis ku.. garisnya.. garis mereka..
jika waktu yang kau tugaskan untuk menjawab semuanya, maka waktu pula lah yang akan membuatkan pertanyaan-pertanyaan untuk ku.. untuk nya.. untuk mereka..

kau lihat,, saat aku menunggui waktu ku.. mau kah kau menunggu ku di persimpangan berikutnya..??
akan tetap aku bawa.. simpul-simpul yang kau buatkan waktu itu.. simpul ku dengannya,, dengan mereka..
akan aku lihat punggungnya.. punggung-punggung mereka.. bersama setiap cakaran dalam telapak tanganku.. dalam tiap guratan jemari-jemariku..
tapi kini jemariku masih menekuk..
jadi tunggulah aku di persimpangan berikutnya..

Sabtu, 10 Desember 2011

"terima kasih hutan"

senja mungkin menutup ceritamu tentang dunia.. dan aku yang hanya berlari harus mengaku menunduk padamu..
ya,,mengaku pada tiap jejak langkah itu bahwa aku harus berhenti di simpang yang aku buat sendiri..
hutan,, kau pernah menunjukkan pagi pada ku,.
bercerita tentang pohon-pohon di riuhmu,.
tak hanya itu.. aku masih berlari saat kau ceritakan pagi pada ku,.
tapi hutan,, saat ini aku benar-benar ingin mendengar nyanyian pagi lagi darimu..
dan bangunkan aku dari mimpi yang tak pernah aku coba hentikan ini,.
mungkin saat hujan pun turun kau tetap ceritakan ayunan pohon tetap kau tunjuakkan ranting-ranting..
tapi hutan,, masih bolehkah aku mendengarkan kisah senja darimu.. hingga nanti aku bosan dan masih ingin mendengarkan cerita pagi lagi..?
terima kasih hutan,,
cerita mu tentang hujan,, pohon,, ranting-ranting,. dan cerita-cerita tentang nyanyian pagi,.
terima kasih

"di rumahMu (2)"

Menghitung di setiap detik, menit aku di rumahMu, menyusuri gelap dan kalutnya pikiranku, saat Kau lukiskan seuntai senyum di wajahku, di wajahnya.
Menyenangkan, mengabaikan suara dan berpuluh pasang mata yang entah memperhatikan apa.
Tapi tetap aku lewati ia pemujaMu. Tetap aku susuri satu demi satu anak tangga rumahMu. Bersama gelap dan kalutnya pikiranku. Bukan karenaMu tapi karena cerita di malam-malam sebelumnya yang Kau tunjukkan pada ku.

Saat itu meski gerimis, aku bersimpuh bersama puluhan pemujaMu, bercerita sembari mengadu "apa sesungguhnya arti senyum yang Kau lukiskan di wajahku?" "apa sejatinya maksud di setiap cerita yang Kau tunjukkan padaku sebelumnya?"
Suara genta mengingatkanku, bahwa aku sedang di rumahMu.
Semenjak dari rumahMu, kau ijinkan aku dan pemujaMu mulai bercerita tentang waktu, tentang mimpi, tentang langit,, tentang angin,, dan tentang hujan.

Sedikit demi sedikit Kau tanamkan keindahan, hingga aku selalu berpikir "betapa indahnya". Keping demi keping cerita mulai Kau tunjukkan, dan keping demi keping itu pula mulai aku kumpulkan. Betapa menyenangkannya.
Sesaat itu masih tetap Kau lukiskan senyum di wajahku, di wajahnya, di wajah pemujaMu.
Dan aku memulai sedari rumahMu.