Menghitung di setiap detik, menit aku di rumahMu, menyusuri gelap dan kalutnya pikiranku, saat Kau lukiskan seuntai senyum di wajahku, di wajahnya.
Menyenangkan, mengabaikan suara dan berpuluh pasang mata yang entah memperhatikan apa.
Tapi tetap aku lewati ia pemujaMu. Tetap aku susuri satu demi satu anak tangga rumahMu. Bersama gelap dan kalutnya pikiranku. Bukan karenaMu tapi karena cerita di malam-malam sebelumnya yang Kau tunjukkan pada ku.
Saat itu meski gerimis, aku bersimpuh bersama puluhan pemujaMu, bercerita sembari mengadu "apa sesungguhnya arti senyum yang Kau lukiskan di wajahku?" "apa sejatinya maksud di setiap cerita yang Kau tunjukkan padaku sebelumnya?"
Suara genta mengingatkanku, bahwa aku sedang di rumahMu.
Semenjak dari rumahMu, kau ijinkan aku dan pemujaMu mulai bercerita tentang waktu, tentang mimpi, tentang langit,, tentang angin,, dan tentang hujan.
Sedikit demi sedikit Kau tanamkan keindahan, hingga aku selalu berpikir "betapa indahnya". Keping demi keping cerita mulai Kau tunjukkan, dan keping demi keping itu pula mulai aku kumpulkan. Betapa menyenangkannya.
Sesaat itu masih tetap Kau lukiskan senyum di wajahku, di wajahnya, di wajah pemujaMu.
Dan aku memulai sedari rumahMu.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar