.....hujan...
Kuperhatikan
tetes air masih menempel di lantai rumahku.
angin
bahkan membawanya masuk ke dalam kamarku.
....
hujan...
Aku
masih mengingat dengan jelas, rasa saat hujan, saat aku telusuri tiap lekukan
jalan..
tanjakan..
lalu ranting-ranting patah di jalanan.
yang
paling bisa aku ingat adalah bau hujan.
Sekalipun
dingin yang mesti tiap hari aku tahankan.
Aku
rindu bau hujan.
Suara
di telinga belum berhenti berteriak melantunkan nada-nada, lirik-lirik tak
jelas dalam bahasa yang tak pernah aku pahami.
Tapi
bau hujan, menemaniku ‘memahaminya’.
Memahami
bahwa nyatanya, aku sedang berjalan sendirian.
Dingin.
Karena
musim mungkin belum berdamai dengan kulitku.
Bahagia,
karena nyatanya hujan yang satu-satu nya tak pernah meninggalkan tempatnya. Selalu
berbagi teduh pada ranting, daun, dan ........aku.
“suatu
hari, musim ini akan berhenti. Lalu tak akan ada hujan lagi. Tapi bukankah
hujan tak akan pernah hilang?”
Aku
suka hujan..
Aku
suka bau hujan..
Aku
suka caranya menyapa..
Sekalipun
pernah ia menamparkan perih keras di kulit wajahku.
Aku
suka udara dingin yang bersamanya. Aku suka.
Dan
kali ini sudah musim penghujan lagi.
Tapi
tiap musim tak akan pernah sama. Sekalipun musim yang sama.
Kau
boleh menyebutnya siksaan, saat awal musim ini datang.
Terlebih
untuk orang sepertiku.
Tapi
tidak... meskipun ia menandai kedatanganya, dengan sesak tak terhankan.
Meskipun
ia menandainya dengan sakit yang tak akan orang lain bayangkan.
Tapi,
ini musim hujan..
Bukankah
aku sudah belajar berdamai dengan rasa sakit...??
Ini
hujan,,, musim hujan...
Dan
aku suka..