Pagi masih belum berkata apa-apa.
Ketika aku tempatkan pada jendela.
Sebuah ingin yang sederhana.
Sesederhana saat aku tempatkan muka didepan kaca.
Lalu masihkah itu di sana? Di depan jendela.
Bukan lagi tentang apa yang ingin dikata.
Jika nyatanya ia yang bahkan sesungguhnya tak menjadi apa-apa memberi khianat tanpa tanda.
Aku membaca. Dan sesungguhnya bukan untuk jadi buta.
Menyedihkan. Sungguh-sungguh menyedihkan.
Lebih dari saat memberi sedih pada perpisahan dengan kematian.
Sungguh yang kujadikan nyata.
Nalar yang sebelumnya sudah membaca.
Tentang khianat yang mungkin saja menjerat.
Tapi bukan lagi tentang kata-kata.
Bukan lagi tentang hanya kira-kira.
Ini nyata.
Saat sederhana, tak lagi menjadikannya sederhana.
Saat sadar yang hanya menjadikannya nanar.
Bukan pula nalar.
Kali ini giliranku.
Kujadikan giliranku. Dijadikan giliranku.
lembaran pesawat-pesawat kertas.. di rentang waktu yang tak terukur dalam ruang.. tanpa nama.. tanpa irama.. |pss
Selasa, 30 Juli 2013
Jumat, 26 Juli 2013
Saat Aku Tak Lagi Tahu
Dia tahu, bahkan hanya dengan membaca awal.
"aku tahu dari kata yang digunakan, itu ciri khasnya".
Lalu aku? apa yang aku tahu?
Dalam rentang waktu yang tak cukup lama
Dalam tiap menit yang pernah dia bagi bersama
Aku bahkan tidak tahu
Tapi berbalik ia membuatku tahu
Bahwa ada titik-titik yang bisa menjadi satu
Ada sudut-sudut yang membisu
Dan aku dibuat tahu
Tentang ragu yang tak pernah lagi baru
Dia tahu
Aku
Dulu biar saja menjadi dulu
Sekalipun aku tak pernah mau
Tapi dulu tetaplah dulu
Aku harus mau, karena rindu tak juga mau tahu
Sesekali dalam ragu
Kunyatakan aku selalu merindu
Dan seandainya itu dulu, bukan hanya dulu
Aku ragu
Lalu rindu
Sering aku harus dibuat mengaku
Sesekali bersama ragu
Nyatanya aku rindu
Kamu.
|peap
"aku tahu dari kata yang digunakan, itu ciri khasnya".
Lalu aku? apa yang aku tahu?
Dalam rentang waktu yang tak cukup lama
Dalam tiap menit yang pernah dia bagi bersama
Aku bahkan tidak tahu
Tapi berbalik ia membuatku tahu
Bahwa ada titik-titik yang bisa menjadi satu
Ada sudut-sudut yang membisu
Dan aku dibuat tahu
Tentang ragu yang tak pernah lagi baru
Dia tahu
Aku
Dulu biar saja menjadi dulu
Sekalipun aku tak pernah mau
Tapi dulu tetaplah dulu
Aku harus mau, karena rindu tak juga mau tahu
Sesekali dalam ragu
Kunyatakan aku selalu merindu
Dan seandainya itu dulu, bukan hanya dulu
Aku ragu
Lalu rindu
Sering aku harus dibuat mengaku
Sesekali bersama ragu
Nyatanya aku rindu
Kamu.
|peap
Langganan:
Postingan (Atom)