Hei perempuan,
Apa kamu tahu apa yang membuat aku tertuju padamu kali ini?
Sebuah kebetulan dari ribuan kebetulan yang ada.
Matamu.
Mata dengan warna yg tak sama atau bisa jadi sama dengan mata mereka.
Tapi tidak.
Ada rasa yg berbeda. Matamu berbeda.
Stop. Hentikan tanya yang selalu saja kamu lontarkan.
Kamu seperti perempuan dengan tanya. Tak pernahkah kamu lihat pada cermin.
Jawabanmu tersirat disana. Dalam sorot yang memantulkan ruang.
Aku mengenalmu dalam ketidaksengajaan yg telah tersurat.
Mungkin jadi, untuk melengkapi peran, lalu memenuhi ruang luas dalam hatimu.
Peran lain yg kau jadikan telingamu.
Peran lain yg kau jadikan pikiranmu.
Peran lain yg kau jadikan bagian dirimu.
Aku menyukai mata itu, perempuan. Matamu, mata perempuan.
Mata sendu yg selalu kamu kata telah mati sejak lama.
Kau hanya belum sadar saja, sendu, tapi tidak mati. Tidak pernah.
Aku melihatnya. Semenjak awal ruang itu membuatmu ada, aku tahu ada yg berbeda.
Kamu berbeda. Matamu berbeda.
Untaian-untaian yang semakin membuatku tak mampu jauh dari mata itu.
Mata dengan ruang yang teramat luas. Aku melihatnya, pada akhirnya.
Betapa luas juga lapang ruang yang ada di sana.
Sebuah ruang yang akan menempatkan orang tanpa sekat.
Ruang yang akan membuat orang tahu ttg ketulusan.
Aku membacamu, perempuan. Gelap yang kau simpan. Aku membaca pada akhirnya.
Tumpukan-tumpukan yang kau selipkan.
Dalam setiap kali kau jadikan dirimu berbeda. Aku selalu tahu kau berbeda.
Dan kau selalu istimewa.
Sekali waktu yang kau tunjukan sewaktu itu. Akhirnya membuat aku tahu.
Sebuah rute panjang yang sempat kau tahankan. Selalu kau tahankan.
Dan sungguh, lagi-lagi aku tersadar betapa luas juga lapang ruang yg ada dlm mata itu.
Kau selalu jadi perempuan tanya. Bisakah kau berhenti sejenak, lalu perhatikan mata itu?
Sejenak saja. Nikmati ini, dan terlebih karena kamu, istimewa.
(dedicate to: pemberi nama BE)
Apa kamu tahu apa yang membuat aku tertuju padamu kali ini?
Sebuah kebetulan dari ribuan kebetulan yang ada.
Matamu.
Mata dengan warna yg tak sama atau bisa jadi sama dengan mata mereka.
Tapi tidak.
Ada rasa yg berbeda. Matamu berbeda.
Stop. Hentikan tanya yang selalu saja kamu lontarkan.
Kamu seperti perempuan dengan tanya. Tak pernahkah kamu lihat pada cermin.
Jawabanmu tersirat disana. Dalam sorot yang memantulkan ruang.
Aku mengenalmu dalam ketidaksengajaan yg telah tersurat.
Mungkin jadi, untuk melengkapi peran, lalu memenuhi ruang luas dalam hatimu.
Peran lain yg kau jadikan telingamu.
Peran lain yg kau jadikan pikiranmu.
Peran lain yg kau jadikan bagian dirimu.
Aku menyukai mata itu, perempuan. Matamu, mata perempuan.
Mata sendu yg selalu kamu kata telah mati sejak lama.
Kau hanya belum sadar saja, sendu, tapi tidak mati. Tidak pernah.
Aku melihatnya. Semenjak awal ruang itu membuatmu ada, aku tahu ada yg berbeda.
Kamu berbeda. Matamu berbeda.
Untaian-untaian yang semakin membuatku tak mampu jauh dari mata itu.
Mata dengan ruang yang teramat luas. Aku melihatnya, pada akhirnya.
Betapa luas juga lapang ruang yang ada di sana.
Sebuah ruang yang akan menempatkan orang tanpa sekat.
Ruang yang akan membuat orang tahu ttg ketulusan.
Aku membacamu, perempuan. Gelap yang kau simpan. Aku membaca pada akhirnya.
Tumpukan-tumpukan yang kau selipkan.
Dalam setiap kali kau jadikan dirimu berbeda. Aku selalu tahu kau berbeda.
Dan kau selalu istimewa.
Sekali waktu yang kau tunjukan sewaktu itu. Akhirnya membuat aku tahu.
Sebuah rute panjang yang sempat kau tahankan. Selalu kau tahankan.
Dan sungguh, lagi-lagi aku tersadar betapa luas juga lapang ruang yg ada dlm mata itu.
Kau selalu jadi perempuan tanya. Bisakah kau berhenti sejenak, lalu perhatikan mata itu?
Sejenak saja. Nikmati ini, dan terlebih karena kamu, istimewa.
(dedicate to: pemberi nama BE)