Minggu, 04 Maret 2012

"surat untuk langit"

#Untukmu saudaraku.. 
Dan ini aku ceritakan saat semua saraf-sarafku telah tertidur dalam kubangan.. lagi..

Malam itu, aku terbangun seperti malam-malam sebelumnya..Tapi kali ini berbeda,, aku terbangun karena keterkejutan mataku..
Membaca sebuah kalimat tanya yang sesungguhnya sudah pernah ditanya oleh saudaraku yang lain.
Sungguh,, dan kuakui..tengah malam itu.. aku hancur.. sehancur yang bisa aku bayangkan..seremuk yang mampu aku tahankan..aku berteriak dengan kebisuan malam..berlomba dengan semua air mata yang mendadak keluar..aku berteriak sejadi-jadinya..
duniaku benar-benar menghilang malam itu..dinding-dinding yang dulu coba aku bangun.. telah roboh seketika..
tak ada satu pun kata yang mampu mulutku keluarkan..dan pada akhirnya aku kembali mengadu pada persembunyianku..
bersamaan dengan mengalirnya air ini,, aku kuatkan tanganku untuk menulis kalimat padamu,
"ijinkan aku untuk menjadi egois.. Maaf,,,jika aku tak mampu menepati janji... Mungkin tidak dalam kesempatan ini... Suatu hari,, di kesempatan lain akan ada waktu untukku menepatinya."

Aku terharu saat sebelum malam itu kau mengirimkan lagi kalimat yang pernah aku kirimkan padamu..
dan katamu itu kalimat yang paling membuatmu menangis..
Tapi tahu kah kau, bahwa saat aku menuliskannya, aku pun menangis.. meski tak ada air mata.. aku menangis menahan kerinduanku.. menahan penyesalanku.. menguatkan tangan kakiku..
karena saat itu aku telah membulatkan pikiranku untuk melebarkan sayapnya.
.melepas dan kehilangan hal terpenting dalam benakku..
entah bagaimana aku melewati rasa sesak yang menelan kebebasan ku saat itu..
tapi pada saat yang sama aku tersadar aku selama ini hanya menggenggam asap..

Tapi tengah malam itu,, aku benar-benar jatuh.. betapa tidak.,
aku kena pukulan telak..yang menyadarkan aku betapa sesungguhnya selama ini aku tertipu...
ahh.... tepatnya hanya menipu diri..
dalam luapan emosi saat itu aku tutup semua ruang yang aku punya dan mulai lagi berlari dalam persembunyian..ingin sekali aku berteriak.. agar ini segera dicukupkan olehNya..

Mulai saat itu,  aku telah mengingatkan pada pikiranku,, perasaanku.. bahwa inilah pada akhirnya..inilah kenyataannya,, jadi aku harus segera bangun dari mimpi yang aku buat sendiri..
sudah tak ada lagi rasa sakit yang lebih dari ini.. atau mungkin sudah tak lagi mengenali sakit.. Dan aku mulai berusaha menepati janjiku padamu untuk tetap ada untukmu..bukankah itu munafik??

Selanjutnya kau sempat menyampaikan bahwa kau merasa kehilangan "kita".
Siapa yang kehilangan?siapa yang menghilang? bukankah aku masih tetap ada di tempatku..
kapanpun kau datang, bukankah aku selalu ada..??
aku tak pernah merasa pergi darimu karena semua ini..

Sesungguhnya aku lebih tak mau kehilanganmu.
Aku hanya berpikir.. saat ini yang kau butuhkan adalah dukungan..
lalu apa artinya bila aku memusuhimu.. apa artinya bila aku menjauhimu..?
apa itu akan merubah semua yang telah terjadi?
aku rasa tidak..jadi aku putuskan,, aku tetap akan ada untukmu..
meski hanya mampu untuk mendengar ceritamu..
dalam kebisuanku juga persembunyianku..
dan maafkan aku..

Tidak ada komentar:

Posting Komentar