lembaran pesawat-pesawat kertas.. di rentang waktu yang tak terukur dalam ruang.. tanpa nama.. tanpa irama.. |pss
Kamis, 25 April 2013
Belajar Dengan Kamera #5 (Hunt w/ Riska)
Talent: Riska Putri Rukmana
Lokasi: Tukad Ayung, Denpasar
Thanks to all crew...
ini benar2 kesempatan luar biasa untuk belajar..
Selasa, 09 April 2013
Suratku Untuk Kamu (tentang lirik)
Apa itu mantra?
Seolah itu tanda "krn ku tahu kau hanya untuku"
apa saat itu kau telah bertanda?
Mungkin itu jd tanda.
Aku tak sadari itu, saat 2th lalu
saat lirik itu ada,
aku tak sadari itu.
Dn mungkin aku harus dibuat percaya, bhwa lagi2 alam berbicara dg bahasanya---firasat.
Nyatanya yg kusadari, kecewa menutupiku
kecewa membawaku lupa
ttg yakin yg ada dalam bola matamu saat itu.
Saat kau duduk dan menjadi sandaranku
saat kau duduk dan memainkan rambutku
saat kau duduk dan menggaris alis ku
saat kau duduk dan......
Kotak lama aku tutup
ingatan aku kesampingkan
apa km sedih?
Seperti penggalan lirik mu itu,
saat aku tak yakin padamu.
Dan dptkah kuartikan sesuatu?
Ttg ini, ttg saat ini, ttg diam ini
bahwa ternyata ada yg kau simpan untuku
masih kau simpan
yg mungkin kadang jadi--rindu.
"karena ku tahu kau hanya untuku"
jika benar itu adalah tanda, dan apa yg kulihat jg adalah tanda, lalu yg ia ucap jg tanda,
maka mmg "kamu tahu aku hanya untukmu"
dan mungkin saja kali ini jd giliranmu
alam berbicara padamu
seperti harapanya, semoga ia berbicara dan membuatmu sadar,
ttg hati...
Diam mu berbicara padaku
Kau pungkiri
kau tutupi
kau ingkari
ttg aku yg "mungkin ada di persimpangan tak terlihat"
dan aku tunggu waktuku
aku tunggu persimpangan itu
aku tunggui saat kau akui itu
sekali lagi
ya, sekali lagi
Seolah itu tanda "krn ku tahu kau hanya untuku"
apa saat itu kau telah bertanda?
Mungkin itu jd tanda.
Aku tak sadari itu, saat 2th lalu
saat lirik itu ada,
aku tak sadari itu.
Dn mungkin aku harus dibuat percaya, bhwa lagi2 alam berbicara dg bahasanya---firasat.
Nyatanya yg kusadari, kecewa menutupiku
kecewa membawaku lupa
ttg yakin yg ada dalam bola matamu saat itu.
Saat kau duduk dan menjadi sandaranku
saat kau duduk dan memainkan rambutku
saat kau duduk dan menggaris alis ku
saat kau duduk dan......
Kotak lama aku tutup
ingatan aku kesampingkan
apa km sedih?
Seperti penggalan lirik mu itu,
saat aku tak yakin padamu.
Dan dptkah kuartikan sesuatu?
Ttg ini, ttg saat ini, ttg diam ini
bahwa ternyata ada yg kau simpan untuku
masih kau simpan
yg mungkin kadang jadi--rindu.
"karena ku tahu kau hanya untuku"
jika benar itu adalah tanda, dan apa yg kulihat jg adalah tanda, lalu yg ia ucap jg tanda,
maka mmg "kamu tahu aku hanya untukmu"
dan mungkin saja kali ini jd giliranmu
alam berbicara padamu
seperti harapanya, semoga ia berbicara dan membuatmu sadar,
ttg hati...
Diam mu berbicara padaku
Kau pungkiri
kau tutupi
kau ingkari
ttg aku yg "mungkin ada di persimpangan tak terlihat"
dan aku tunggu waktuku
aku tunggu persimpangan itu
aku tunggui saat kau akui itu
sekali lagi
ya, sekali lagi
Paragraf di Tepian
Hujan berganti. Dan selalu berganti.
Sekali waktu aku simpankan hujanku.
Dalam ruang.
Sekali waktu dalam sebagian ruangku, tiap keping memori bercampur, D.
Meminta celah untuk keluar.
Dan di kali waktu yang lain, ia akan keluar.
Aku tuliskan dalam diam. Tentangmu. Tentang ruangmu. Lalu ruangnya.
Benar, nyatanya ruangnya adalah ruang paling dalam.
Ruang gelap yang aku tutup.
Dan berusaha aku jadikan kosong.
Lalu kamu, D.
Membantuku mengesampingkannya.
Membuang semua kecewa.
Membantuku berdamai dengan sakit.
Iya, D. Kamu. Ruang mu. Ruang kecilmu.
Degupku memuncak. Harus kuakui.
Karena tiap kali mendengar juga melihat dia, lukaku menganga.
Tapi D, dan di setiap kali itu ada entah dari mana.
Suaramu.
Yang sekali lagi mendamaikanku.
Suaramu, D.
Dan aku tak yakin kau akan tahu, bahwa disetiap namanya kau ucap dari bibirmu, membuatku bergidik.
Entah itu rasa jijik atau apa.
Bisa jadi dendam yang tertanam.
Dan di setiap kamu menyebutnya.
Aku merasa hina.
Hina dengan ketololan ku dulu.
Hina dengan segala yang kupertaruhkan dulu.
Hina karena hanya mampu menyisakan sedikit ruang untukmu.
Untukmu, D.
Betapa tidak.
Aku menorehkan luka padamu.
Menorehkannya pula pada diriku.
Menorehkannya dan membuatmu..sakit.
Tanpa mampu aku damaikan.
Aku bersalah, D.
Pada apa yang kita punya.
Yang pernah kita punya.
Menyiakanmu.
Menyiakan kamu yang mengenali ku
kamu yang membacaku
kamu yang mrnungguiku
kamu yang menerimaku
kamu, D. Kamu.
D, ruangku dan ruangmu.
Ruang yang terpisah oleh kepatutan.
Ruang yang harus terpisah oleh keakuan, keangkuhan.
Maafkan aku, D.
Masihkah kamu simpan ruangku?
Sekali waktu aku simpankan hujanku.
Dalam ruang.
Sekali waktu dalam sebagian ruangku, tiap keping memori bercampur, D.
Meminta celah untuk keluar.
Dan di kali waktu yang lain, ia akan keluar.
Aku tuliskan dalam diam. Tentangmu. Tentang ruangmu. Lalu ruangnya.
Benar, nyatanya ruangnya adalah ruang paling dalam.
Ruang gelap yang aku tutup.
Dan berusaha aku jadikan kosong.
Lalu kamu, D.
Membantuku mengesampingkannya.
Membuang semua kecewa.
Membantuku berdamai dengan sakit.
Iya, D. Kamu. Ruang mu. Ruang kecilmu.
Degupku memuncak. Harus kuakui.
Karena tiap kali mendengar juga melihat dia, lukaku menganga.
Tapi D, dan di setiap kali itu ada entah dari mana.
Suaramu.
Yang sekali lagi mendamaikanku.
Suaramu, D.
Dan aku tak yakin kau akan tahu, bahwa disetiap namanya kau ucap dari bibirmu, membuatku bergidik.
Entah itu rasa jijik atau apa.
Bisa jadi dendam yang tertanam.
Dan di setiap kamu menyebutnya.
Aku merasa hina.
Hina dengan ketololan ku dulu.
Hina dengan segala yang kupertaruhkan dulu.
Hina karena hanya mampu menyisakan sedikit ruang untukmu.
Untukmu, D.
Betapa tidak.
Aku menorehkan luka padamu.
Menorehkannya pula pada diriku.
Menorehkannya dan membuatmu..sakit.
Tanpa mampu aku damaikan.
Aku bersalah, D.
Pada apa yang kita punya.
Yang pernah kita punya.
Menyiakanmu.
Menyiakan kamu yang mengenali ku
kamu yang membacaku
kamu yang mrnungguiku
kamu yang menerimaku
kamu, D. Kamu.
D, ruangku dan ruangmu.
Ruang yang terpisah oleh kepatutan.
Ruang yang harus terpisah oleh keakuan, keangkuhan.
Maafkan aku, D.
Masihkah kamu simpan ruangku?
Surat Untuk Kamu
Gelap hadir, lagi.
Entah gelap ke berapa
kadang jari bergerak, berhenti
huruf-huruf, kata, kalimat
tersusun, tersangkut
lalu rindu tergantung
rindu yang tak tertampung
menguap, meluap
untuk kamu.
Teruntuk kamu,
jika detik tehitung,
jarum memutar lalu matahari memutar
entah kali ke berapa
satu per satu, kata, benda, lagu, tempat
pada kamu yang aku simpan sejak saat itu
izinkan aku percaya bahwa kamu juga punya rindu
meski mungkn tak sama
adakah sama?
Untuk kamu,
sering kali aku tutupi
akal aku ingkari, mulut aku kunci
tapi hati,
sekali waktu,
dan aku benar-benar jadi rindu
lalu jika benar adanya,
suatu hari nanti, di persimpangan yang bahkan tak terbaca
dalam ruang yang tak terbatas
teruntuk kamu,
dan jika ruang menjadi ruang
lalu aku dizinkan bersama ruang
sekali waktu dan jika pun persimpangan itu ada,
izinkan aku unuk tak lagi disinggahi
tapi berniat untuk benar-benar menetap
berdiam hingga waktuku juga kamu 'habis'
iya, aku dan juga kamu
puluhan keping dalam gambar
dalam maya juga ruang batas imaji
berbicara dalam kata juga cara
menggambar lalu menanya
adakah aku dan kamu?
Menyapa lalu menanda....kamu
dan jika ini dijadikan benar
kamu dan hanyalah aku
dan jika aku ingatkan lagi
sakit
lalu menepi
teruntuk kamu,
dan jika waktuku adalah kamu,
maka kamu
dan pastikan aku
dan jika waktuku adalah kamu,
maka izinkan aku sampaikan.....rindu
untuk kamu
ruangmu
aku rindu
kamu
adakah kamu?
Entah gelap ke berapa
kadang jari bergerak, berhenti
huruf-huruf, kata, kalimat
tersusun, tersangkut
lalu rindu tergantung
rindu yang tak tertampung
menguap, meluap
untuk kamu.
Teruntuk kamu,
jika detik tehitung,
jarum memutar lalu matahari memutar
entah kali ke berapa
satu per satu, kata, benda, lagu, tempat
pada kamu yang aku simpan sejak saat itu
izinkan aku percaya bahwa kamu juga punya rindu
meski mungkn tak sama
adakah sama?
Untuk kamu,
sering kali aku tutupi
akal aku ingkari, mulut aku kunci
tapi hati,
sekali waktu,
dan aku benar-benar jadi rindu
lalu jika benar adanya,
suatu hari nanti, di persimpangan yang bahkan tak terbaca
dalam ruang yang tak terbatas
teruntuk kamu,
dan jika ruang menjadi ruang
lalu aku dizinkan bersama ruang
sekali waktu dan jika pun persimpangan itu ada,
izinkan aku unuk tak lagi disinggahi
tapi berniat untuk benar-benar menetap
berdiam hingga waktuku juga kamu 'habis'
iya, aku dan juga kamu
puluhan keping dalam gambar
dalam maya juga ruang batas imaji
berbicara dalam kata juga cara
menggambar lalu menanya
adakah aku dan kamu?
Menyapa lalu menanda....kamu
dan jika ini dijadikan benar
kamu dan hanyalah aku
dan jika aku ingatkan lagi
sakit
lalu menepi
teruntuk kamu,
dan jika waktuku adalah kamu,
maka kamu
dan pastikan aku
dan jika waktuku adalah kamu,
maka izinkan aku sampaikan.....rindu
untuk kamu
ruangmu
aku rindu
kamu
adakah kamu?
....K.a.m.u....
Dear Kamu,,
Ada ribuan kata yang tergantung di udara.
Ratusan tanya yang hanya membenam dalam gelap.
Tanya tentang.....kamu.
Adakah sama gema di sana?
Tak tertebak rute yang sesungguhnya Ia tuliskan untukku.
Tak terbaca tanda yg Ia sematkan padaku.
Hanya saja, ada tahu. yang entah dtg dari mana.
Ada tahu yg tanpa disengaja.
Ada tahu ttg kamu. Tentang ,... kita.
Menanda dlm ketidaktahuanku
Membawa dlm ketidakmauanku
Adakah tanda itu sama di sana?
Dear Kamu,,
Lugas Ia menanda.
Maya dlm sapa. Tapi ada.. Kamu.
Dan bukan hanya kamu.
menolak, berlari, beralih, sembunyi.
Tapi, iya,,
kau tak dpt sembunyi. Karena sesekali tahu akan datang dlm ketidaktahuanku. dlm ketidakmauanku.
Dear Kamu,,,
Lalu apa?
Karena aku tahu, dan mungkin diberitahu, sebentar lagi.
Lalu bagaimana?
Karena kamu tak pernah tahu. Tak diberitahu.
Dlm ketidakmauan yg juga tak bertanda.
Sesekali cobalah,
lalu tunggu.
mungkin sesekali itu akan memberimu tanda.
Dalam maya yg tak meminta nyata.
Menanda dlm gelap yg selalu kau sapa.
Dlm gelap yg tak menyapa, tapi...ada.
Ya,, mungkin sesekali kamu akan bertanda.
Tanda untuk kamu tahu.
Dan aku, akan menelusuri, waktu
Menunggui, waktu.
Benar dan benar-benar.
Aku berharap kau juga akan bertanda.
Bertanda, menyapa tentang,....kita.
Dear,...Kamu.
Ada ribuan kata yang tergantung di udara.
Ratusan tanya yang hanya membenam dalam gelap.
Tanya tentang.....kamu.
Adakah sama gema di sana?
Tak tertebak rute yang sesungguhnya Ia tuliskan untukku.
Tak terbaca tanda yg Ia sematkan padaku.
Hanya saja, ada tahu. yang entah dtg dari mana.
Ada tahu yg tanpa disengaja.
Ada tahu ttg kamu. Tentang ,... kita.
Menanda dlm ketidaktahuanku
Membawa dlm ketidakmauanku
Adakah tanda itu sama di sana?
Dear Kamu,,
Lugas Ia menanda.
Maya dlm sapa. Tapi ada.. Kamu.
Dan bukan hanya kamu.
menolak, berlari, beralih, sembunyi.
Tapi, iya,,
kau tak dpt sembunyi. Karena sesekali tahu akan datang dlm ketidaktahuanku. dlm ketidakmauanku.
Dear Kamu,,,
Lalu apa?
Karena aku tahu, dan mungkin diberitahu, sebentar lagi.
Lalu bagaimana?
Karena kamu tak pernah tahu. Tak diberitahu.
Dlm ketidakmauan yg juga tak bertanda.
Sesekali cobalah,
lalu tunggu.
mungkin sesekali itu akan memberimu tanda.
Dalam maya yg tak meminta nyata.
Menanda dlm gelap yg selalu kau sapa.
Dlm gelap yg tak menyapa, tapi...ada.
Ya,, mungkin sesekali kamu akan bertanda.
Tanda untuk kamu tahu.
Dan aku, akan menelusuri, waktu
Menunggui, waktu.
Benar dan benar-benar.
Aku berharap kau juga akan bertanda.
Bertanda, menyapa tentang,....kita.
Dear,...Kamu.
Langganan:
Postingan (Atom)