Jika aku ditempatkan dalam ruang yang kau tempati sekarang, ruang yang hanya menapak pada pengabdian, aku mungkin akan segera melarikan diriku. Membenamkan segalanya tentang dia dalam kolam. Jikapun naluriku masih bersisa, aku mungkin akan membunuh segala yang tersisa dalam cacian dan umpatan. Bagaimana tidak? Dunia bahkan kini mulai bercampur aduk di sekelilingmu. Bukankah resah yang selama ini kamu pangku dalam pengabdianmu. Aku benar-benar tak bisa mengerti.
Aku selalu memperhatikan lamunanmu kian dalam. Matamu tak pernah kosong. Senyum yang selalu kau persembahkan. Tak akan ada yang bisa menebak tentang apa yang kau persembahkan. Juga untuk siapa dalam lingkaran ini yang kau persembahkan. Satu kali ingin sekali aku membangunkanmu. Ini dunia, bukan lagi mimpi. Sudahi segala upayamu untuk mengabdikan dirimu pada entah apa.
"Kamu tak akan paham. Aku bisa jadi telah disebut gila. Kau juga demikian bukan? Kau tak akan bisa paham. Suatu hari nanti kau pasti melihatnya. Hari ini, aku hanya akan berserah, pada angin yang selalu meniupi rambutku. Pada udara yang menempati segala ruang dalam paru-paruku. Ini pengabdianku, pembayaranku, tentang apa yang memang telah dituliskan padaku."Aku bahkan tak bisa meneriakimu. Terlampau halus yang ada dalam benakmu. Terlalu tulus apa yang ada dalam wajahmu. Aku pernah berjanji akan selalu bersamamu. Dia pun begitu. Tapi kau menunjukkan padaku, bahkan tulus dan pengabdian yang kau serahkan tak cukup untuk membuat dia bertahan. Sekelebat lalu aku berpikir bahwa kau benar-benar wanita yang bodoh. Tapi apa yang kau tunjukan tentang pengabdianmu ini, membuatku tersadar ada yang kokoh di dalam sana.
Senyummu selalu mengembang, kau selalu tertawa kecil saat aku dengan kebingunganku terhadap dirimu. Adakah itu cukup untuk membuatkanmu bukti tentang keberadaanku? semoga saja.
"Aku ingin sekali berkata padanya, salah satu janjiku telah aku tepati. Telah aku selesaikan apa yang pernah dia mandatkan padaku dulu. Kau mungkin tak tahu. Sama seperti tak mau tahu nya dia, tapi apapun itu, aku telah menjalankan mandat yang pernah diutarakan. Kau tahu, aku sungguh sangat lega, melihat akhirnya janji itu aku tepati. Kau mungkin berpikir aku tak seharusnya lagi berusaha apa-apa tentang hal itu. Tentu saja, tapi janjiku adalah pembayaranku."Kau pun mungkin tak pernah tahu, aku selalu terenyuh dengan ketulusanmu. Jika aku menjadi sebagian saja dalam dirimu, mungkin sudah aku kerahkan segala upayaku untuk menggerakkan otot-ototku untuk memukulinya, menghancurkan apa yang tersisa dalam dadaku tentang dirinya. Sungguh aku terenyuh melihatmu. bukan tentang iba. Aku kagum pada kegigihanmu. Mereka yang tak melihatmu terjatuh bisa saja beranggapan bahwa aku berlebihan. Mereka yang tak ada di ruang saat malam, bisa saja menyebutmu lemah. Tapi tidak dimataku. Aku ada disana. Aku melihatnya. Karena sampai sekarangpun aku masih menemanimu, aku tahu apa yang harus kau tanamkan pada dirimu. Aku sangat tahu, bagaimana caramu mendamaikan segala peperangan dalam dirimu. Dan itu membuatku selalu bertanya-tanya, tidakkah itu membuatmu penuh sesak? Tidakkah itu memenjarakanmu dalam kegundahan?
"Suatu hari nanti, aku sangat berharap dia akan merasakannya. Angin akan aku titipkan setengahnya. Seperti saat terdahulu. Aku, hanya ingin menjadikan apa yang aku rasa sejernih embun yang selalu aku tangkap dalam mataku. Aku hanya berusaha menjaga, apa yang aku rasa terhadapnya, agar tidak sedikitpun ternoda oleh kedengkian. Kau mungkin tahu bagaimana aku bertahan dalam mendamaikan diriku. Membuang tangis yang hanya akan menjatuhkanku. Apa aku telah membuatmu lelah? Semoga saja tidak, karena aku masih dan akan selalu membutuhkanmu disampingku."
berapa lama waktu yg dibutuhkan Geg utk menyelesaikan tulisan ini...??
BalasHapusbeberapa jam bli... mmg knp e???
Hapus