Kamis, 19 April 2012

"Sebuah Draft Usang"

 
Akhir-akhir ini hujan telah benar-benar berhenti. Entah sejak kapan aku telah menjadi lupa. Mungkin kebisingan dunia membuat ingatanku terpinggirkan. Membuat telingaku mulai tuli. Sesekali, dalam diamku, dalam ruangan itu mulai lagi terpikirkan, “seandainya hari ini turun hujan, tanah-tanah yang telah merekah terlalu lama mungkin akan sedikit berbahagia”.
Hanya itu yang terpikir saat itu, menantikan hujan lagi. Tidak.. tidak.. tentu tidak dengan segala harap. Aku hanya mulai mengayuh ingatan tentang cerita hujan. Ya.. karena saat itu aku merasa sudah tak banyak lagi waktu, dan mungkin sudah tak akan pernah ada kesempatan bahkan untuk mengucapkan kata “seandainya”.
Dan dalam ringisan yang tak akan didengar oleh siapapun, aku melihatnya. Meski hanya sebentar, dan aku tak mampu menyemainya, aku merasa senang. Bisa melihat hujan, benar-benar bisa melihat hujan.
Sebuah kesenangan memuncah, menepis semua ngilu yang aku tahankan sedari subuh.
Dan tanpa aku perkirakan, aku mulai mengayuh ingatan terlalu jauh.
Mulai mengunjungimu dalam jarak terjauhmu. Jauh.. bahkan termat jauh.

Mungki kini kau sudah ada dalam garis kelupaanmu, tapi tak apa. Karena aku tak pernah mengharap selalu bersama ingatanmu saat itu. Saat kau mencoba menunjukkan keyakinanmu.
jika aku pikir berulang kali saat ini, aku merasa aku benar-benar bodoh dan terlalu naif.
saat kau duduk di teras itu, untuk beberapa jam aku percaya kau menungguku segera membuka pintu dan keluar. Tapi, saat ini aku baru mendapati sebuah kesimpulan dan pada akhirnya aku akui bahwa aku merasa tertipu.
Melihat beberapa judul buku tergeletak di atas meja, mengingatkan diriku tentang perasaan itu, perasaan manusia tentang kecewa dan sedikit tipuan. Apa itu wajar? Mungkin tidak. Karena aku pun tak tahu sampai dimana batas wajar bagiku.

Sungguh, ini konsekuensi yang harus aku terima karena aku telah memaksa untuk mengayuh ingatanku lagi. Satu persatu slide itu muncul, menambah rasa ngilu yang mencoba aku tahan.
apa ini karena apa yang telah aku bagi bersamanya, tanpa sepengetahuanmu tentu saja.
jika aku katakan, mungkin kau akan menganggapku konyol.
Ya.. karena akupun merasa ini benar-benar konyol. Aku dan dia benar-benar melebihi ‘wajar’.
Dua kali,, aku pernah memperingatkanmu. Tapi sepertinya ini menjadi bukti bahwa aku telah menjadi ‘lenyap’. Bahkan untuk sekedar dianggap bagian darinya.
aaahhhh,,, betapa hinanya aku. Mempertaruhkan semua egoku, merendahkan harga diri yang bahkan aku sendiri tak tahu yang dinamai orang-orang dengan harga diri. Lalu, yang bisa aku lakukan hanya menertawai diri sendiri.
Kau mungkin tak tahu, seberapa yang aku tahu tentangmu juga tentangnya. Karena jangankan tentang kalian, bahkan tentang diriku sendiri pun aku tak pernah bisa benar-benar tahu.
Tapi setidaknya aku mencoba mengumpulkan selembar demi selembar cerita yang mungkin di lain hari bisa aku ceritakan pada anak cucuku tentang sebuah kisah konyol juga sebuah kisah tentang ketulusannya.

Mungkin kau tak pernah berada dalam garis kesadaranmu untuk sekedar menoleh, bahwa betapa terlukanya aku saat kau tanyakan “apa yang kau tahu tentang aku dan dia?”.
saat itu ingin sekali aku melemparkan semua yang aku tahu tentangmu juga tentangnya, dan aku yakin, saat itu kau pun tak banyak mengetahuinya. Mungkin saat ini pun kau tak pernah berada di garis kesadaranmu tentang aku, tentang apa yang aku tahu, tentang apa yang aku tak ingin tahu tapi  tanpa sengaja aku tahu. Tidak..! akupun tak mengharap kau akan tahu tentang itu. Suatu hari nanti, aku ada pada keyakinanku bahwa kau akan ada dalam garis kesadaranmu meski hanya untuk sekilas. Iya, itu pun bila ada di suatu hari nanti. Dan bila pun itu akan ada, mungkin tidak ada dalam lingkaranku.

#hanya selembar draft usang yang tak tersampaikan.. tak bertuan.. dan akan segera ku buang..

Tidak ada komentar:

Posting Komentar