Kamis, 19 Juli 2012

Catatan Tentang Semalam

Masih tentang semalam ketika kusebutkan untaian-untaian runyam.
Semua ternyata berbeda, dan telah menjadi berbeda.
Tiap hela dalam nafas, senyum dalam tawa, tangis dalam diam.
Semua ku jadikan berbeda.

Kuhitung tiap kedip mata dalam senyap, karena langit kamar masih kujadikan gelap.
Sekali waktu itu, aku dgn pikiranku.
"aku katakan akan mencoba, menghitung tiap mimpi yg aku buat dalam ruang. Tp jangn sekalipun pernah kau meminta. Memaksa. Dn mjdkan diriku berbeda. Aku masih akan tetap sama."

aku pelajari tiap langkah-langkah usang. Tapi jgn kau minta aku menghapusnya.
Aku tuliskan surat-surat, dan segera ku terbangkan bersama pesawat-pesawat kertas.
Dan aku dgn harap akan kau mengertikan.
Lalu biarkan, aku dgn keegoisan.
Karena yg ingin ku temukan adalah ia yg menemukan.
Adalah ia yg mendengarkan.

Catatan dalam Lipatan

dear G..
Sekali lagi ingin aku tanyakan kepadamu.
Tentang remah dalam tiap suap yang aku sapa.
Tentang hitam yang coba aku tebak.
Tentang gelap yang mencoba aku simpan.
Lalu akan aku tanya pula tentang lekuk dalam pilinan memanjang.
Atau tentang lurus yang akan aku anggap ujung.
Lalu akan aku tanyakan kapan waktu ku menunggu tiap jawabmu, G..

Lalu untukmu,
aku tak akan pernah bertanya lagi.
Dan kepadamu,
aku tak akan mengenal ingatan.
Pula kepadamu,
sekalipun harus aku simpan rindu untukku.
Meski kubuangkan senyum dalam ceruk, dan untukmu.
Aku tak akan pernah lagi kenali.
Untukmu..
Dan untukmu, agar kau tahu,
karena ingin kau tahu,
juga pernahkah kau ingin tahu??

LTG#3

Dear G,,
aku selalu penasaran, tentang jawabanmu. Tidakah kau membaca surat-suratku? Tak adakah satupun pesawat kertas itu sampai kepadamu?
Yang pernah aku tebangkan bersamanya.
Bersama cerita tentang kebisuan, kisah tentang kepiluan, juga kalimat-kalimat tentang yang tak akan aku ceritakan di lain waktu. Yang hanya akan aku simpan dalam ruangmu.

Aku merindukanmu,

kau tahu?
Sudah tak terhitung berapa kali jarum itu memutar dan kembali lagi ke tempat semula. Sebanyak itu pula aku telah menjadi jauh dari tempatmu.

Aku merindukanmu.

Lembaran-lembaran suratku mulai aku simpan. Dan masih saja kau tunjukan 'dia'. Bukankah sudah aku sampaikan dalam surat-suratku? Bahwa aku telah menjadi lelah. Dan pula telah menjadi lupa.

G,, bukan tentangmu, tentu saja bukan. Tapi tentang 'dia', yang sesegera mungkin ingin aku hentikan.
Perlahan penggalan-penggalan yang kau tunjukan itu mulai aku lihat berubah.
Jika awal kau gambarkan tentang kebisuannya, perlahan kini kau gambarkan kisah tentang tawanya.

seperti ceritamu semalam, saat kau kisahkan seorang gadis kecil yang sedang bersama lelah terseok menaiki tangga. dan selalu berkata "aku tak apa-apa"
meskipun 'dia' datang dan menawarkan punggungnya
"naiklah, aku akan mengantarmu"

bersama senyum mereka, masih dengan lelahpun gadis kecil itu membisikan terima kasihnya. erat tangan gadis itu melingkar di lehernya.

betapa indah kau gambarkan kisah itu,, G...
Akan aku simpan, meski kadang akan menjadi memuakkan tapi aka tetap aku simpan hingga suatu hari nanti akan kau gambarkan klimaks dari kisah-kisahmu.

''''

aku rapikan, robekan-robekan kalimat, penggalan-penggalan kata.
akan aku bakar bersama asap-asap berserakan
kubuat dunia tak akan mempu melihatnya,
tak mampu menemukan bahkan satu huruf pun darinya

akan aku  hanyutkan, hingga hanya air yang akan menertawainya
hingga hanya lumpur yang akan memandanginya
pula akan aku kuburkan pada tanah-tanah merekah ngangah
bersama melarikan jengah

lalu akan aku temukan malam
malam, semalam, tetap akan menjadi runyam
pula akan aku usapkan pada kepiluan
pada kerinduan semalam, temaram

kuutarakan, robekan kalimat-kalimat
lalu akan segera dengan pembuangan
kelupaan, pembuangan, kuutarakan
penggalan kata-kata

Kalimat Rumpang

..
Aku yakin akan Kau ijinkan, satu malam setelah malam sebelumnya aku Kau ingatkan.
Dalam sujud tetesanMu meluruh di atas ubun2..
Lalu inikah jawabanMu?
Seperti ucapanku dulu, dan dengan sangat yakin Kau masih mengingatnya. Akan aku jalankan.. Harus aq jalankan..

akan aku utarakan ceritaku saat itu.. saatnya nanti.
tiap keping puzzle yang coba Kau tunjukan padaku.
dan sepertinya aku mulai mendengar jawabanMu meski hanya dalam benakku.