Dear G,,
aku selalu penasaran, tentang jawabanmu. Tidakah kau membaca
surat-suratku? Tak adakah satupun pesawat kertas itu sampai kepadamu?
Yang pernah aku tebangkan bersamanya.
Bersama cerita tentang kebisuan, kisah tentang kepiluan, juga
kalimat-kalimat tentang yang tak akan aku ceritakan di lain waktu. Yang
hanya akan aku simpan dalam ruangmu.
Aku merindukanmu,
kau tahu?
Sudah tak terhitung berapa kali jarum itu memutar dan kembali lagi
ke tempat semula. Sebanyak itu pula aku telah menjadi jauh dari
tempatmu.
Aku merindukanmu.
Lembaran-lembaran suratku mulai aku simpan. Dan masih saja kau
tunjukan 'dia'. Bukankah sudah aku sampaikan dalam surat-suratku? Bahwa
aku telah menjadi lelah. Dan pula telah menjadi lupa.
G,, bukan tentangmu, tentu saja bukan. Tapi tentang 'dia', yang
sesegera mungkin ingin aku hentikan.
Perlahan penggalan-penggalan yang kau tunjukan itu mulai aku lihat
berubah.
Jika awal kau gambarkan tentang kebisuannya, perlahan kini kau
gambarkan kisah tentang tawanya.
seperti ceritamu semalam, saat kau kisahkan seorang gadis kecil yang
sedang bersama lelah terseok menaiki tangga. dan selalu berkata "aku
tak apa-apa"
meskipun 'dia' datang dan menawarkan punggungnya
"naiklah, aku akan mengantarmu"
bersama senyum mereka, masih dengan lelahpun gadis kecil itu
membisikan terima kasihnya. erat tangan gadis itu melingkar di lehernya.
betapa indah kau gambarkan kisah itu,, G...
Akan aku simpan, meski kadang akan menjadi memuakkan tapi aka tetap
aku simpan hingga suatu hari nanti akan kau gambarkan klimaks dari
kisah-kisahmu.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar