Rabu, 12 Maret 2014

Surat yang Tak Pernah Akan Sampai Padamu

kepada hujan,
kutitipkan perjalananku, dalam tiap arusmu yang lurus.
tumpuk saja lalu ikutkan ia hanyut dalam setiap titik yang kau kumpulkan di muara.
lekuk tanah timbul lewatkan saja, karena akan tetap kau bawa.
sejumput kering kau benamkan 

ribuan rangkaian kata yang masih saja aku tuliskan, dalam surat-surat tak bertuan. aku tahu ini tak akan pernah sampai padamu. lipatan-lipatannya terlalu rapi, pak pos tak akan dengan segera mengenalinya. atau mungkin harus aku tempelkan sebuah gambaran jelas tentang kamu di depan amplop pembungkusnya. ya, mungkin saja dengan begitu ia akan tahu kemana harus membawanya.
ahh..aku lupa menuliskan alamat jelasmu di depannya. tentu saja.
ini tak akan sampai padamu. pak pos mungkin harus memutari kota berulang kali untuk tahu siapa yang dituju. tak apalah. aku tetap tuliskan saja ini kepadamu.
sekalipun pak pos akan terheran-heran mengamati banyaknya lipatan rapi dalam kotak yang sengaja aku bungkus pita kuning. ini tak akan smapai padamu, aku sangat tahu itu.

suatu hari, saudaraku bercerita tentang layanan pengiriman kepadaku. bukan lagi lewat pak pos yang biasa nampang  berseliweran di kompleks aku tinggal. tapi layanan yang hanya dengan menekan beberapa tombol lalu itu akan terkirim segera. dan yang paling pasti tak akan salah pada yang dituju.
aku hanya ingin menuliskan ini untukmu, jadi kenapa mesti menekan tombol.
tombol-tombol itu mana tahu harus menyimpan guratan tanganku, lalu menyampaikannya dengan lengkap padamu. tombol-tombol itu juga tak akan tahu cara menyimpan garis-garis yang aku ukir dalam tiap huruf yang aku rangkaikan untukmu.
hanya rangkaian dalam guratan yang aku lipat dengan rapi, yang akan menggambarkan tebal juga tipis tinta yang aku tuliskan untukmu. panjang maupun pendek jeda yang aku gunakan dalam tiap kata. tinggi atau rendah huruf yang mengisi di tiap barisnya. apa tombol akan menggambarkan itu padamu? aku rasa tidak. jadi, biarkan saja pak pos tertawa-tawa mengamati amplop yang bahkan tanpa alamat. mungkin akan sesekali coba ia cari tahu, atau hanya akan ia simpan dalam laci. aku sangat tahu kemungkinan itu, tapi aku tak terlalu peduli. makanya aku sering sampaikan bahwa ini tak akan sampai padamu.

mungkin saja sebenarnya aku tak pernah berharap ini akan sampai padamu. jadi betapa kasihannya pak pos jika tahu kebenaran itu. ahh.. tapi semoga saja pak pos akan sangat paham, bahwa tulisan ini tak perlu sampai padamu. cukup aku tuliskan lalu hanya digantungkan. itu saja. toh, sampai atau tidak, kamu baca atau tidak tak akan terjadi apa-apa setelahnya. tidak akan membalikan langit jadi berwarna terang. tidak juga akan mengembalikan hujan pada mendung. cukup hanya dituliskan saja, kata-kata tentang masa yang coba aku gambarkan. pak pos aku rasa tak akan pernah jadi paham tentangnya. sekalipun ia akan iseng mencoba mengintip isinya. karena yang kusisakan hanya sepotong-sepotong kata tentang titik-titik lalu lingkaran. mana ada yang akan paham, kecuali mungkin,,,kamu.

benar. yang sering aku titipkan pada pak pos baik hati itu hanya sepotong tentang masaku. ketika aku belajar tentang menuliskan kata-kata, merangkaikan titik-titik yang ada dalam lingkaran. tentang cara berkata---rindu.

2 komentar:

  1. tulisan yg apik & tidak membosankan...
    permainan kata2nya selalu syahdu Geg...

    BalasHapus
    Balasan
    1. makasi bli adit... ini baru memulai lagi untuk belajar menulis...mencoba menemukan lagi..

      Hapus