Rabu, 26 September 2012

Surat Tentang Ingin


Senja berganti lagi. Tapi kali ini terasa lebih panjang. Lebih sesak, dan lebih.. sepi.. Terduduk dan tengadah mencari-cari dalam luas langit. Kali saja ada sebuah jawaban yang akan langit berikan, sehingga bisa aku lingkarkan pelangi lagi dan untuk selama usiaku.
Tak pernah lagi aku ingat, berapa kali angin menerpakan debu di mukaku. Berapa kali angin mengoyak rambutku. Dan aku masih terduduk dan tengadah. Berharap tak ada lagi musim penghujan. Dan berharap ada warna yang aku temukan, di langit.

Aku tahu, saat aku terduduk ada Kamu, dan selalu. Memelukku dengan ke’aku’anMu. Dan disaat itu aku tahu, aku selalu dapat bertanya padaMu. Aku rebahkan diri padaMu.
 “apa musim penghujan akan kau hentikan? Jika aku memintanya?” tanyaku.
 “Lalu jika aku meminta kau lukiskan lagi indahmu di langit ku, apa akan segera kau buatkan?” “dan jika aku memintamu untuk memberi ku gerbong yang sama dengannya, apa akan kau berikan?” sekali lagi Kau hanya diam. Hanya peluk yang mampu aku rasakan.
Aku selalu bermanja padaMu. Sekalipun aku sering tak mengunjungiMu. Sekalipun tak pernah Kau lepaskan pelukanMu. “Aku ingin melihat pelangi. Aku ingin melihatnya. Aku ingin tetap melihatnya. Sampai Kau katakan cukup untuk ku dapat melihat juga merasa.” Tanpa ku sadari, bahuMu basah oleh tetesan yang entah datang dari mana. Yang entah sudah berapa lama.
“Aku menginginkannya tetap ada. Aku ingin dia tetap ada. Aku masih ingin dengan manjanya. Aku masih ingin bersama tangisnya. Aku bahkan ingin dalam gerbong yang sama.” Aku merengek padaMu. Dan selalu begitu. 

Gerbong yang sama. “Jika laju kereta harus Kau jalankan, kenapa dalam gerbong yang berbeda-beda,  kenapa Kau tunjukkan ruang dalam gerbong sebelah?” “Kenapa tak kau buatkan saja hanya satu gerbong panjang yang akan membuatku juga dia ada dalam nyata.”
Dan Kau masih juga diam.  Kali ini aku meminta terlalu banyak padaMu. Dan masih ku rebahkan diriku, bermanja padaMu.
Aku tahu, saat aku meminta itu padaMu, akan ada banyak tangis dan kecewa yang malaikatMu rasakan. Dan selamanya itu akan aku tanamkan pada mereka. Malaikat tempat Kau menitipkanku.
Jika ada satu ruang tempat aku dan dia bisa membangun dunia, dunia yang akan aku dan dia warna bersama. Melanjutkan mimpi-mimpi yang pernah kami buat bersama. Aku ingin memintanya padaMu. Sebuah dunia yang bisa kami tinggali tanpa ada tekanan, dan tersentuh rasa kecewa dari para malaikatmu. Aku ingin Kau buatkan itu. Sekalipun itu berarti akan segera kau hentikan perjalananku, akan segera Kau membuatku tak melihat, mendengar pula merasa.
Karena setidaknya, tak ada lagi sakit . Tak ada lagi tangis. Dan yang ada hanya ‘rindu’.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar