Senja
berganti lagi. Tapi kali ini terasa lebih panjang. Lebih sesak, dan lebih..
sepi.. Terduduk dan tengadah mencari-cari dalam luas langit. Kali saja ada
sebuah jawaban yang akan langit berikan, sehingga bisa aku lingkarkan pelangi
lagi dan untuk selama usiaku.
Tak
pernah lagi aku ingat, berapa kali angin menerpakan debu di mukaku. Berapa kali
angin mengoyak rambutku. Dan aku masih terduduk dan tengadah. Berharap tak ada
lagi musim penghujan. Dan berharap ada warna yang aku temukan, di langit.
Aku tahu, saat aku
terduduk ada Kamu, dan selalu. Memelukku dengan ke’aku’anMu. Dan disaat itu aku
tahu, aku selalu dapat bertanya padaMu. Aku rebahkan diri padaMu.
“apa
musim penghujan akan kau hentikan? Jika aku memintanya?” tanyaku.
“Lalu jika aku meminta kau lukiskan lagi
indahmu di langit ku, apa akan segera kau buatkan?” “dan jika aku memintamu untuk
memberi ku gerbong yang sama dengannya, apa akan kau berikan?” sekali lagi Kau hanya diam. Hanya peluk
yang mampu aku rasakan.
Aku
selalu bermanja padaMu. Sekalipun aku sering tak mengunjungiMu. Sekalipun tak
pernah Kau lepaskan pelukanMu. “Aku ingin
melihat pelangi. Aku ingin melihatnya. Aku ingin tetap melihatnya. Sampai Kau
katakan cukup untuk ku dapat melihat juga merasa.” Tanpa ku sadari, bahuMu
basah oleh tetesan yang entah datang dari mana. Yang entah sudah berapa lama.
“Aku menginginkannya tetap
ada. Aku ingin dia tetap ada. Aku masih ingin dengan manjanya. Aku masih ingin
bersama tangisnya. Aku bahkan ingin dalam gerbong yang sama.” Aku merengek padaMu. Dan selalu
begitu.
Gerbong
yang sama. “Jika laju kereta harus Kau
jalankan, kenapa dalam gerbong yang berbeda-beda, kenapa Kau tunjukkan ruang dalam gerbong
sebelah?” “Kenapa tak kau buatkan saja hanya satu gerbong panjang yang akan
membuatku juga dia ada dalam nyata.”
Dan Kau masih juga diam. Kali ini aku meminta terlalu banyak padaMu. Dan masih ku rebahkan diriku, bermanja padaMu.
Dan Kau masih juga diam. Kali ini aku meminta terlalu banyak padaMu. Dan masih ku rebahkan diriku, bermanja padaMu.
Aku
tahu, saat aku meminta itu padaMu, akan ada banyak tangis dan kecewa yang
malaikatMu rasakan. Dan selamanya itu akan aku tanamkan pada mereka. Malaikat
tempat Kau menitipkanku.
Jika
ada satu ruang tempat aku dan dia bisa membangun dunia, dunia yang akan aku dan
dia warna bersama. Melanjutkan mimpi-mimpi yang pernah kami buat bersama. Aku
ingin memintanya padaMu. Sebuah dunia yang bisa kami tinggali tanpa ada
tekanan, dan tersentuh rasa kecewa dari para malaikatmu. Aku ingin Kau buatkan
itu. Sekalipun itu berarti akan segera kau hentikan perjalananku, akan segera
Kau membuatku tak melihat, mendengar pula merasa.
Karena
setidaknya, tak ada lagi sakit . Tak ada lagi tangis. Dan yang ada hanya ‘rindu’.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar