Tentang Khilaf
Gelap berulang beberapa kali.
Ternyata gelap tak lagi menenangkan.
Yang hanya mengantarkan kenangan.
Dalam batas antara sadar.
Terselip entah dalam kesengajaan.
Ada satu lagi dalam nama yang diantarkan.
Adakah satu lagi persinggahan?
Semua yang memulai, mulai merangkai.
Sejak kapan?
Aku bukan tak membaca, hanya saja tak kujadikan buta.
Lalu membiarkan nyata mengantarkannya.
Dan pada akhirnya.
Belum. Bahkan kembali pada tanya.
Tak berbeda, seharusnya.
Gelap malam itu tak kau jadikan berbeda.
Tapi gelap malam itu mengantarku pada nyata.
Pada apa yang kuanggap tak benar.
Dan itu menjadi tak wajar.
Terutama untuk kamu juga aku.
Mungkin khilaf menjadikannya wajar.
Bisa jadi simpati yang menjadi awal.
Yang aku rasa mengantar pada benar.
Tak pernah ada benar salah dalam ruang rasa.
Tapi tidak dengan keadaan.
Keadaan yang memilah, memecah rasa menjadi benar juga salah.
Lalu keadaan berkata malam itu "salah".
Seharusnya telah kujadikan lupa.
Seperti pula yang kukatakan padamu, "lupakan!"
Simpati yang menjadi awal.
Lalu perhatian mengantarkan jalan.
Pada aliran yang seharusnya bisa dihentikan.
Tapi hanya akan membuatkan jurang.
Tak pernah kuharapkan, aku akan dihadapkan pada jurang.
Tidak diantara aku juga kamu.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar