Ada segelintir bulir yang masih tersisa. Ketika aku niatkan diri,
berdiri membaui kembali.
Ada ribuan terpaan angin. Terpaan tentang kata.
Tentang rindu yang aku titipkan. Kau tak pernah berkata.
Aku menemuimu tanpa sengaja.
Dalam palung waktu yang mulai mempersiapkan kalimat tentang rindu waktu itu.
Ada arus yang seketika mengalir.
Aku menyapamu. Aku berkata padamu, diwaktu itu.
Kamu gelap. Kau tahu?
Sama seperti saat pertama aku 'menemuimu'.
Kamu remang, kau sadari itu?
Sama remangnya saat aku menjejak langkahmu.
Lalu kamu, belum juga terang.
Kamu, lelaki pewarna.
Sebisaku aku berlaku. Tidakkah itu cukup. Tidakkah itu terbaca?
Dan jika pun akhirnya aku berkata, 'aku mencintaimu', adakah itu akan menjadikan ini berbeda?
Ada yang mesti kusampaikan. Tentang percaya yang semestinya sudah mereka katakan padamu.
Karena aku, mempercayaimu bukan dengan kata.
Lalu masihkah dijadikan penting tentang 'cinta' yang aku ucapkan tadi?
Ketika aku abdikan percaya. Padamu.
Kau tak akan percaya, tentang kata. Ketika hanya menjadi pemuja
kata.
Dan aku percaya, bahwa kamu, lelaki pewarna. Dan itu aku buat jd
cukup dalam diriku.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar