Sabtu, 07 Desember 2013

Tentang Sore Tadi

Matahari mulai bersembunyi beberapa hari ini. Ada sendu yang sengaja disimpan untuk segera dibagi pada mereka.
Lalu biar saja jalanan jadi basah karenanya. Dan biar pula hanya gerimis yang kadang menjadikannya ada.

Masih aku lanjutkan perjalananku, meski aku tahu, dan diberitahu bahwa hujan harus membuat jadwal kami terhenti.
Aku teruskan saja, kuinjak pedal gas seperti biasa. Tak kukencangkan, tak pula aku pelankan. Sekalipun gerimis semestinya menyuruhku perlahan.
Ku dapati ruangku sendiri. Kudapati diri. Dan ku tatapi lalu lalang kendaraan yg melalui mobil. Hujan.

"Hei."
Sapa anak kecil manis, manis sekali saat aku tenggelamkan diri dalam video yang baru saja aku unduh.
Matanya memerhatikanku. Di depanku, depan wajahku. Dia perlihatkan penasarannya terhadapku.

Lama. Waktu memberiku ruang untuk bercengkrama. Tak pernah terbayangkan. Bahwa hari ini aku akan mengenal orang baru. Makhluk yang diciptaNya begitu manis. Matanya, senyumnya.
Aku tahu, ini waktuku belajar. Dari makhluk ini. Makhluk kecil ciptaanNya ini.
Ada ribuan titik yang membuatku tersadar. Betapa beruntungnya aku bertaut dengan makhluk murni ini. Kalian mungkin akan heran. Berulang kali aku berkata ttg kemurnian.
Cobalah sekali waktu, jika kalian tiba-tiba, dalam sekali kebetulan, dari ribuan yang ada. Dipertemukan, lalu seketika berbagi hal-hal kecil ttg dunia dengannya. Kalian akan tersadar, betapa telah terkontaminasinya aku, atau mungkin juga kalian, oleh kesombongan ketika dijadikan makhluk yang dinamai manusia.

Alam memang berbicara dengan bahasanya. Begitu halus. Namun berarus. Membawaku pada pertemuanku dengannya. Kemurnian itu benar-benar ada. Iya, ketika memang iya. Dan tidak, ketika ia rasa bukan. Ada kejujuran dalam dirinya.
Aku jadi bertanya-tanya "sejak kapan, aku kehilangan begitu banyak hal? Sejak kapan aku tak lagi menemukan kejujuran?"
Ternyata ada ribuan kamuflase yang telah dan mesti dilakukan. Demi sebuah eksistensi atas nama 'manusia'. Ternyata ada ribuan ketidakjujuran yang melekat, menjuntai menjadi jubah yang menjadikan aku tetap berdiri menjadi manusia yang seperti sekarang.

Aku lupa. Sungguh-sungguh lupa. Dan karenanya, aku diingatkan. Melalui makhluk kecil ini. Yang bahkan belum bisa membedakan kanan juga kiri. Yang bahkan belum bisa membedakan telunjuk dan jari manis.
Betapa aku telah menjadi sombong.
Sesungguhnya...

Tidak ada komentar:

Posting Komentar