Aku bercerita tentang musim yang kali ini jd berbeda. Musim yang telah
berlalu jauh ditinggal waktu. Seperti halnya dalam sisa-sisa ruang yang
juga ditinggalkan. Aku mengenal kamu, dalam sebuah perjumpaan. Dalam
sebuah ruang di persimpangan antara gelap juga terang.
Aku diikatkan dalam ketidaktahuan. Dalam pemberitahuan tentang pengabdian, pengorbanan, penerimaan. Adakalanya ini yang ku sebut bahagia, tentang yang aku harapkan dan yang aku terima.
Waktu dalam ruang itu pernah berkata. Bahwa ini penyimpangan.
Malam itu, dalam remang aku diberi ruang. Sekedar untukmu. Ingatanku menyimpan, bahwa kamu tak pernah meminta. Jika ada kemampuanku saat itu. Mungkin sudah aku tuliskan. Tentang apa yang kamu inginkan.
Dalam lingkup mimpi yang coba aku bangun dalam bilik-bilik rindu. Semoga ada persimpangan di sana. Dalam lingkar batasmu, dan aku.
Aku yang terduduk. Melagukan yang aku tuliskan untukmu. Dan kamu yang akan tetap berdiri di situ. Merengkuhmu dalam lagu yang dibuat waktu untukku, yang aku lagukan untukmu.
Kau dengar itu? Aku hanya ingin kau mendengarkannya dari sana. Dalam lingkaranmu berdiri. Sekalipun puluhan pasang mata memerhati kita. Memerhatiku.
Kamu akan terharu. Lalu duduk bersamaku. Melagu. Memainkan nada dalam rengkuhan lagu yang dibuat waktu.
Waktuku juga kamu.
Kau tak perlu berkata. Bisu sudah berbicara padaku. Dan jikapun waktu membawamu pergi setelahnya. Itu tetap ada. Mimpi tentang kamu juga lagu yang dibuatkan waktu untukku. Yang aku lagukan untukmu.
Aku diikatkan dalam ketidaktahuan. Dalam pemberitahuan tentang pengabdian, pengorbanan, penerimaan. Adakalanya ini yang ku sebut bahagia, tentang yang aku harapkan dan yang aku terima.
Waktu dalam ruang itu pernah berkata. Bahwa ini penyimpangan.
Malam itu, dalam remang aku diberi ruang. Sekedar untukmu. Ingatanku menyimpan, bahwa kamu tak pernah meminta. Jika ada kemampuanku saat itu. Mungkin sudah aku tuliskan. Tentang apa yang kamu inginkan.
Dalam lingkup mimpi yang coba aku bangun dalam bilik-bilik rindu. Semoga ada persimpangan di sana. Dalam lingkar batasmu, dan aku.
Aku yang terduduk. Melagukan yang aku tuliskan untukmu. Dan kamu yang akan tetap berdiri di situ. Merengkuhmu dalam lagu yang dibuat waktu untukku, yang aku lagukan untukmu.
Kau dengar itu? Aku hanya ingin kau mendengarkannya dari sana. Dalam lingkaranmu berdiri. Sekalipun puluhan pasang mata memerhati kita. Memerhatiku.
Kamu akan terharu. Lalu duduk bersamaku. Melagu. Memainkan nada dalam rengkuhan lagu yang dibuat waktu.
Waktuku juga kamu.
Kau tak perlu berkata. Bisu sudah berbicara padaku. Dan jikapun waktu membawamu pergi setelahnya. Itu tetap ada. Mimpi tentang kamu juga lagu yang dibuatkan waktu untukku. Yang aku lagukan untukmu.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar