Minggu, 13 April 2014

Fase Jenuh

Ini mungkin jadi sebuah kepingan dari cerita lain. Karena ruang ini adalah ruang yang saya jadikan tempat untuk menyimpan batas-batas yang sekiranya belum tertembus ruang lain, maka akan ada bagian yang jadi keluar batas dan masuk ke ranah yang agak dalam. sebagian akan terasa membosankan. Tapi jika saya pikirkan lagi, bukankah hidup pun sama demikian. Kadang akan ada bagian yang menjadi sangat menjemukan. Bahkan udara yang bisa jadi terasa sangat, sangat, dan sangat jenuh. Salahkah udara? tentu tidak.

Saya mungkin jadi telah, dan sedang berada dalam bagian itu.Jenuh. Jemu. Bosan. Terhadap apapun. Jika dilihat dari latar belakang saya sendiri, seharusnya tak ada hal yang akan membuat bosan. Rutinitas kerja sebagai seorang pendidik saya lakoni bersama orang-orang menyenangkan. Lalu berkecimpung dalam kegiatan di luar rutinitas kerja, bergaul dengan banyak remaja dalam kegiatan olahraga. Yang sekali waktu akan memberikan lingkungan berbeda dengan tempat kerja. Bukankah itu tak akan menjadi membosankan? Tapi, sebanyak apapun saya menghirup udara yang berbeda, sebanyak apapun lingkungan yang saya selami, tetap saja akan ada fase 'bosan'.

Semuanya terasa teramat datar. Fluktuasi menghilang. Kaki yang menjejak tanah terasa mengambang. Tanpa sebab yang bisa saya jelaskan. Hanya terjadi begitu saja. Jika boleh diibaratkan, seperti kamar yang kehilangan sakelar lampu. Setiap kali berdiam di satu tempat, tak sampai 5 menit segera ingin beranjak ke tempat lain. Kamar, rumah, bukan lagi jadi tempat yg membuat diri saya bisa berdiam lama. Dan karenanya saya menjadi sangat suka saat berkendara. Berpikir dan mengkhayal tentang berbagai hal di atas motor yang sedang melaju sedang menjadi hal yang menyenangkan bagi saya.

Sepertinya Tuhan sedang membuat saya tersadar, tentang fase yang pernah dialami oleh orang dekat saya terdahulu. Dulu saya tak pernah habis pikir tentang 'apa yang salah'. Pikiran saya tak pernah bisa terima apalagi menjadi paham. Bahwa jenuh kadang bisa membuat orang 'mati'. Dan itu mungkin yang dialami olehnya kala itu. Setelah sekarang terlewat beberapa tahun, akhirnya saya terpikir, ternyata saya hanya akan mengulang lalu dibuat sadar dengan ditempatkan pada posisi yang sama dengannya. Betapa egoisnya saya kala itu. Jika saya bayangkan sekarang, betapa tersiksanya. membuat pilihan berat. Lalu menanggungnya sendirian. Dia orang yang hebat, saya selalu percaya itu.
Lebih jauh berpikir, saya  juga mungkin akan ditempatkan pada posisi-posisi dia lainnya. Lalu mungkinkah ini sesungguhnya tautan karma?
Tiap titik yang ditempatkan pada saya, seperti sebentuk pengulangan untuk membuat saya paham tentangnya. Bahwa, apa yang saya pikirkan, hanyalah yang saya pikirkan.

Saya jadi ingin bertanya, beginikah yang dia rasa pada saat itu. Tak merasai apa-apa. Jenuh terhadap keseharian, merasa tak ada kejutan apa-apa. Segala yang dijalani seolah-olah hanya sebentuk maya. Saya merasa seperti tak ada yang harus dikejar. Tak ada yang mesti dituju. Pemenuhan hobi bahkan masih saya jalankan. Berkumpul dan tertawa-tawa dengan berbagai macam orang. Tapi tetap saja, semua terasa mengambang.

Saya tak ingin mengulang hasil yang sama. Saya juga tak ingin menjadi orang yang sama. meski saya harus berada pada posisi yang pernah dialaminya, saya hanya harus paham dan tersadar, bukan untuk menghasilkan hal yang sama. Dia masih menjadi orang dekat saya (setidaknya dalam tempat yang saya simpan). Saya selalu berdoa, jika pun ada tautan karma yang mesti kami selesaikan, semoga dia tidak membuang waktunya untuk sadar terlalu lama. Semoga saja. Selalu saya doakan untuk bahagia yang ia dambakan, nyaman yang selalu dia kejar.

6 komentar:

  1. ...akhirnya ketemu jg bayangan itu ya Geg...?? hehehe

    BalasHapus
    Balasan
    1. haha.. bayangan yang mana bli adit??

      Hapus
    2. gelap bli,, jawaban hanya sebentuk pertanyaan lain...
      menurut bli yg mana sebentuk jwaban???

      Hapus
    3. menurutku jawaban itu adalah Geg tersadar tentang fase itu...
      beruntung Geg akhirnya bisa mengerti tentang fase itu sehingga tidak menyalahkan orang lain...

      itu menurutku lho Geg.... :)

      Hapus
    4. iya bli... dari awal mmg aku tak pernah menyalahkan siapapun... ini hanya terjadi begtu saja.. aku jg kadang mikir,,, tak ada yang benar2 jadi penyebab...

      Hapus