Baik, dan kita sebut saja namaku Angelina Jolie. Kamu pasti tahu, tapi
apa kamu kenal? Aku rasa tidak. Atau aku sebut saja namaku Raisa. Apa
kamu juga akan mengenalku? Aku rasa juga tidak, jadi kusebutkan saja
namaku Putu Sri Sulisthia. Toh, seperti apapun yang aku sebutkan tak
akan kamu mengenalku. Menjadi siapa aku. Seperti apa wajahku. Seberapa
tinggiku. Hanyalah sebentuk penggambaran dengan pengukuran yang dimiliki
akal. Tapi pengukuran yang sesungguhnya, aku rasa kamu pasti tahu
tempatnya. Jadi, apa kamu benar-benar mengenalku?
Pertanyaan yang sangat gampang untuk kamu sebut jawabannya
semestinya. Jawab saja aku, namaku. Lalu, sudahkah itu berarti kamu
mengenalku?
Apa sebatas tahu ttg apa rutinitasku. Tahu ttg lakuku bersama waktu, itu menjadikanmu telah mengenalku?
Aku bahkan tak bisa mengenali diriku. Siapa aku yang kadang hanya
bisa menjadi pendengar. Atau siapa diriku yang kadang hanya butuh
didengar.
Aku bahkan tak pernah bisa mengenali 'aku'.
Ttg siapa aku yang kadang hanya butuh ruang untuk mengamati. Atau
ttg siapa aku yang kadang hanya inginkan menapak lalu melompat dalam
titik lingkaran.
Lalu adakah kamu mengenali aku?
Lalu, bagaimana saat waktu membuatku menjadi bukan wajah ini, juga
bukan nama ini, atau bukan pula tubuh, mata, rambut ini. Adakah yang
masih bisa membuatmu menyebutku?
Siapa aku?
Menjadi rahasia terbesar saat setiap individu ditempatkan dalam titik-titik pada lingkaran.
Lingkaran.
Yang kadang bahkan menjadikanku bukan lagi diriku. Menyajikan aku
dalam wajah yang berbeda, tinggi yang berbeda. Hidung, mata rambut yang
berbeda.
Ahhh.. Lagi-lagi aku terjebak.
Pemahaman di tiap kepala akan berbeda tentunya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar