Kamis, 22 Desember 2011

"berhentilah"

lalu kali ini untuk siapa lagi..???
tak habis-habis rasanya kau coba berontak dan keluar dari celah poriku..kali ini untuk siapa..?
tidakkah cukup hanya kemarin... atau yang kemarinnya lagi..?
aku muak..
karenamu aku harus selalu berusaha bersembunyi bersamamu..
aku lelah terus merasakan aliranmu dalam tiap sudut wajahku..
aku lelah...
tidakkah kau izinkan aku istirahatkan rasa matiku..?
kau ingin bukti apa lagi..??
iya.. dan aku akui,,
aku mengaku padamu,, pada tiap degup yg mengantarmu..
ia belum berubah.... sedikitpun tidak..
dan aku tak mampu mengubahnya...aku pernah mencoba...
tapi nyata nya tetap belum berubah...
cukup,,,
berhentilah,,
berhetilah mengaliri tiap pori wajahku,,
bukankah aku sudah mengakuinya,,jadi aku mohon berhentilah,,
dan izinkan aku istirahatkan semua simpul sarafku... semua simpul rasa matiku..

Rabu, 21 Desember 2011

"tak aku beri judul"

sepanjang jalan aq berpikir,, beradu antara rasa dan pikiran ku,.
mungkin saat ini waktu ku istirahat,.
tak kah kau lihat kaki ku melepuh..
lutut ku gemetar..
punggung yang ku ikuti telah jauh bersama cakarannya..
aku harus istirahat..
maafkan aku kawan,.
mungkin ruang ini harus aku tinggalkan., perjalanan ku hentikan..
tapi itu akan tetap dalam ingatan,.
terima kasih kawan..
derumu dalam perjalanan ku,..
berbahagialah,. :))

Selasa, 20 Desember 2011

"Ia Hanya Api Kecil"

jangan kau tiup.. bukankah sudah aku katakan padamu..
jika telah lelah berkeringat tangan mu, lepaskan.. tapi jangan kau tiup.. ia hanyalah api kecil.. tidakkah kau lihat ia dalam dekapan tanganku..?
jika melepuh tangan mu menjaganya ., lepaskan,,
meski hanya sebelah tanganku merengkuhnya.. jangan kau tiup.. biarkan ia api kecil,, hanya mimpi kecil..
tapi jangan pula kau suguhkan mimpi lain,. karena ini mimpi yang aku buat sendiri,, dan tetap akan aku jaga.,
meski harus melepuh tangan ku menjaganya.,
lelah memang,. jemariku panas karenanya.. tapi ia lilin ku.. api kecil ku.. letak semua mimpi yang aku buat,.

"Tunggu Aku di Persimpangan Berikutnya"

tunggu aku di persimpangan berikutnya,, ujung jari ku menekuk.. masih menekuk..
simpul-simpul yang kau buat untuk ku,, mengikat garis-garis halus..
garis ku.. garisnya.. garis mereka..
jika waktu yang kau tugaskan untuk menjawab semuanya, maka waktu pula lah yang akan membuatkan pertanyaan-pertanyaan untuk ku.. untuk nya.. untuk mereka..

kau lihat,, saat aku menunggui waktu ku.. mau kah kau menunggu ku di persimpangan berikutnya..??
akan tetap aku bawa.. simpul-simpul yang kau buatkan waktu itu.. simpul ku dengannya,, dengan mereka..
akan aku lihat punggungnya.. punggung-punggung mereka.. bersama setiap cakaran dalam telapak tanganku.. dalam tiap guratan jemari-jemariku..
tapi kini jemariku masih menekuk..
jadi tunggulah aku di persimpangan berikutnya..

Sabtu, 10 Desember 2011

"terima kasih hutan"

senja mungkin menutup ceritamu tentang dunia.. dan aku yang hanya berlari harus mengaku menunduk padamu..
ya,,mengaku pada tiap jejak langkah itu bahwa aku harus berhenti di simpang yang aku buat sendiri..
hutan,, kau pernah menunjukkan pagi pada ku,.
bercerita tentang pohon-pohon di riuhmu,.
tak hanya itu.. aku masih berlari saat kau ceritakan pagi pada ku,.
tapi hutan,, saat ini aku benar-benar ingin mendengar nyanyian pagi lagi darimu..
dan bangunkan aku dari mimpi yang tak pernah aku coba hentikan ini,.
mungkin saat hujan pun turun kau tetap ceritakan ayunan pohon tetap kau tunjuakkan ranting-ranting..
tapi hutan,, masih bolehkah aku mendengarkan kisah senja darimu.. hingga nanti aku bosan dan masih ingin mendengarkan cerita pagi lagi..?
terima kasih hutan,,
cerita mu tentang hujan,, pohon,, ranting-ranting,. dan cerita-cerita tentang nyanyian pagi,.
terima kasih

"di rumahMu (2)"

Menghitung di setiap detik, menit aku di rumahMu, menyusuri gelap dan kalutnya pikiranku, saat Kau lukiskan seuntai senyum di wajahku, di wajahnya.
Menyenangkan, mengabaikan suara dan berpuluh pasang mata yang entah memperhatikan apa.
Tapi tetap aku lewati ia pemujaMu. Tetap aku susuri satu demi satu anak tangga rumahMu. Bersama gelap dan kalutnya pikiranku. Bukan karenaMu tapi karena cerita di malam-malam sebelumnya yang Kau tunjukkan pada ku.

Saat itu meski gerimis, aku bersimpuh bersama puluhan pemujaMu, bercerita sembari mengadu "apa sesungguhnya arti senyum yang Kau lukiskan di wajahku?" "apa sejatinya maksud di setiap cerita yang Kau tunjukkan padaku sebelumnya?"
Suara genta mengingatkanku, bahwa aku sedang di rumahMu.
Semenjak dari rumahMu, kau ijinkan aku dan pemujaMu mulai bercerita tentang waktu, tentang mimpi, tentang langit,, tentang angin,, dan tentang hujan.

Sedikit demi sedikit Kau tanamkan keindahan, hingga aku selalu berpikir "betapa indahnya". Keping demi keping cerita mulai Kau tunjukkan, dan keping demi keping itu pula mulai aku kumpulkan. Betapa menyenangkannya.
Sesaat itu masih tetap Kau lukiskan senyum di wajahku, di wajahnya, di wajah pemujaMu.
Dan aku memulai sedari rumahMu.

Rabu, 23 November 2011

"di rumahMu"


Tak pernah terbersit dalam pikiranku malam itu, hanya saja di malam sebelumnya
Kau sudah menunjukkan kebesaranMu pada ku. Dan tanpa goyah aku melangkah ke rumahMu.
Berdandan, mengenakan kebaya terbagusku.
Selayaknya gadis-gadis lain di sekitar ku.
Bukankah itu menyenangkan..??
Saat itu, di depan rumahMu telah berbaris puluhan pemujamu.
Aku naiki satu per satu tangga rumahMu.
Aku dengarkan kebisingan.. bukan.. bukan.. itu kegembiraan.. cerita.. candaan.. tawa,, keceriaan,, dari seluruh pemujamu.
Dan aku hanya salah satu dari mereka.
Istimewakah aku..??

Ketika ku ingat-ingat lagi.
Di malamMu aku berjalan dengan kepercayaanku.
Menuju ruang tengah rumahMu.
Segera ingin bertemu dan memujaMu.
Tapi sebelum itu, aku terkesiap oleh suara lembut ibuku. 
 "nak, tolong kamu letakkan dupa ini di atas yadnya di tempat itu" tanpa membantah dengan senyumku berjalan.
Mengangkat dagu, sambil sekedar melirik dan mendengarkan iringan gambelan di sebelah tempat ku.
Dan betapa kagetnya aku.
Di depan pintuMu, Kau hadapkan aku padanya.
Pada pemujaMu.
Mengenakan busana sakral.
Gelungan keemasan tanda kemegahan.
Menggenggam tombak kebesaran.
Tanda kesiapan untuk segera memujaMu.
MenyembahMu lewat tariannya.
Sungguh aku terkejut.
Karena aku tak menyadari ia dihadapanku.
Kau ciptakan senyumku ketika itu.
Saat malam aku memujaMu..
di rumahMu..
Tuhan..
dan aku temukan mimpi ku lagi di rumahMu..

Kamis, 17 November 2011

"Tulikah Aku..???"

telingaku tuli.. mulutku membisu..
aaahhhhhh.... mungkin bukan aku,,
apakah mulutmu yang telah kau kunci..??
sehingga nadamu tak lagi sampai dalam ruang-ruangku..??
berulang kali aku coba untuk mendengarkan lagi..
tapi mataku semakin perih karenanya..
berulangpun aku coba tutup mataku..
namun tetap disela-sela pori menitikan tiap bulir keringat ku di dalamnya..
sesungguhnya ingin sekali aku mendengarkan nadamu..
nada yang satu persatu dulu kau ajarkan pada telingaku..
nada yang satu persatu coba untuk aku pelajari darimu..
dan nada yang satu persatu coba untuk aku kenali dari ribuan nada yang tumpah dalam ruangku..
yaa,, mungkin kau telah bosan dengan nada itu..
nada-nada yang tak lagi ingin coba kau tuangkan dalam ruang gelapku,,
tapi,, mestikah kau sembunyikan nadamu..??
Tidakkah aku masih boleh mendengar sekilas..??
hingga tertutup tiap pori yang selalu membuat perih mataku..
tak kah aku kau izinkan lagi..??

"Hentikan"

aku ingin berhenti.. sungguh ingin ku hentikan jemari-jemari ini..
aku tak ingin lagi.. cukup.. cukup.. sudahlah cukup..
tidakkah kau dengar apa kata mereka,,??
Tidakkah dapat kau lihat apa yang mereka tunjukkan..??
aku mohon cukup..
tolong cukup.. tolong hentikan tangan ini..
aku tak ingin lagi..
tiap buku-buku jemariku telah bergetar, tapi kenapa tak mau kau hentikan..??
mataku lelah.. jadi tolong cukupkan..
cukupkan aku untuk menulis tiap huruf ini..
hentikan jemariku untuk memulai pena ini..
tolong bantu aku hentikan tanganku..
aku takut,, sangat takut..
suatu saat nanti jemariku kaku..
tak lagi mampu memegang penaku..
aku tak mau lagi mataku melihat huruf-huruf yang akan mengusirnya..
aku takutkan itu..
tapi... aku mungkin tak akan bisa berhenti..

Minggu, 23 Oktober 2011

"jejak kaki tanpa alas kaki"

saat cerita dulu kau berjalan terseok kearah ku..
meski kau ucap tangan mu telah gemetar untuk menuliskan kata..
meski kau lemah melangkah tanpa alas kaki..
kau tetap datang ke depan pintu ku..
mengetuk dan meminta untuk tinggal selamanya..

dan inilah rumah ku.. inilah ruang dalam dunia ku,, dunia yang penuh dengan dinding yang sama,,
warna yang sama,, yang dibatasi oleh beton-beton yang mungkin akan membatasi matamu..
mungkin kau tak akan bisa berlama-lama.. karena kau adalah kebebasan..
kau adalah tak terbatas.. dan aku tak akan membatasimu..
ambilah sayapmu.. karena kini kau tak perlu lagi kakimu..

aku adalah keterbatasan,, dalam duniaku..
kau tahu jalanmu.. dan aku masih akan tetap dengan ruang ku..
meski kini yang dapat kulihat hanya jejak kakimu.. jejak kaki yang dulu tanpa alas kaki..
tetap jejak yang sama.. ku usap berulang kali pun.. jejak mu adalah jejak kebebasan..
tapi lantai rumahku penuh dengan jejakmu..
membekas.. dan membuat cacat di tiap sudut.. tapi,, tanpa aku sesali.. itu jejak keindahan..

Sabtu, 22 Oktober 2011

"íngatkan kawan"

hei kawan,. apa kini telah habis bunga-bunga yang coba kau petik d kebunku,.??
ataukah kau telah bosan melihat kering tiap ranting dan daunnya,.??
atau kau telah merasa lelah membiarkan telingamu mendengarkan kicauan yang hampir tiap hari ada membisiki mu..??
aku tak akan meminta banyak darimu kawan.. karena aku tak bisa akan memberikan sesuatu padamu.. bagaimana aku bisa memberimu..? sedangkan aku untuk diriku pun aku belum mampu..

kawan,, apa kini ada rasa malu dalam benakmu saat aku tertunduk dengan wajah penuh lumpur saat aku baru tercebur dalam kolam keruh yang coba aku selami..??
apa kau tau saat coba kau ucapkan kata-kata bijakmu sungguh itu menegakkan ku., tp apa kau tahu aku kini sedang berpikir bahwa sesaat kau sdg ingin mencoba menelanjangi kesabaranku..
sesaat seolah-olah kau ingin menguliti luka ku..
tapi aku tak kan mengeluh padamu kawan.. karena kau dan kebijkanmu..

Rabu, 19 Oktober 2011

"ranting dan embun"

aku lihat ranting-ranting bergoyang..
meski ia jatuh, tiap tetesan embun tak akan mampu membuatnya tumbuh..
aku takut.. riak indah hutan senantiasa meniupnya..

aku takut.. benar-benar takut..
ingin segera ku raup..
pada tiap pilinan kecil yang menunduk..
dan nyatanya tiap tetes tetap meluruh..

coba ku genggam.. hingga menjeritpun tangan perih dalam diamnya..
lalu apa..???
masihkah layak kini untuk ku..??

_tampaksiring, 26/7/2011_

"hujan hari ini"

biarkan hujan dihari ini..
hingga teduh dalam tiap gersang tandus..
meski tak akan menari helai rumput pagi karenanya..
biarlah hujan pagi ini..
dan biarkan pula ia meluruh sebuah keteduhan sekejap..
meski dalam lamunannya terdiam..

_denpasar, 26/7/2011_

Selasa, 18 Oktober 2011

"angin"

hei angin,, dapatkah kau dengar bahwa hujan memanggilmu..
ia menanti tiupanmu..
akankah kau mengerti bahwa kini tetesannya mulai berlari..
tak mampu lagi ia memulai jernih yang meluruh

hei angin,,
apa kau takut pada raung dunia..?
tidakkah kau resapi bahwa hujan hanya mampu mengalir bersama derumu..?

hei angin,, apa kau takut..?
atau kau hanya pengecut..?


_tampaksiring, 25/2/2011_

"sebuah memori usang"

Saat kini dunia ku mulai berubah terang. .

Sebuah mem0ri usang. .
Masih tetap terkenang. .

Walaupun kini jiwa ku perlahan riang. .
Sebuah mem0ri usang. .
Masih tetap terkubur dalam lubang. .

Berharap aku pada mem0ri yang telah usang. .
Karena ia tak akan pernah hilang. .

Berkaca aku pada mem0ri yg telah usang. .
Saat ia membuat ku berlinang. .

Sebuah mem0ri usang. .
Terselìmut bayang-bayang. .

Saat tiada hati tenang. .
Menanti dan berharap pada mem0ri yg telah usang. . .

_17/4/2010_

"pengharapan"

Bulirku menetes perlahan. .
Saat ku c0ba beradu dengan ingatan. .
Tak pernah kering ia mengalir dalm lembah kenistaan. .
Terbalut kini ku perlahan tenang. .
Tandus itu yang ia genangi. .
Berharap pada kelembutan. .
Terus berubah kini. .
Saat kau bubuhi ia, ,
tangan pengharapan. .

_7/72010_

"isak sang pujangga"

sang pujangga terpaku terdiam di tapak kakinya terkoyak,.
merenung hati terdiam..
aku tahu saat ia mencoba menapaki dunianya, lagi, lagi, dan lagi..
disisir tiap pasir yang menyelip dijarinya, menetes bulir didahinya,
lelah menyapanya..
tapi apa..?
lunglaipun ia tetap mewarna pada kanvas nuraninya,
berjuanglah wahai pujangga..
hingga nanti lengkap tiap warna yang menggurat kanvasmu..

_27/2/2011_

"noname"

kaki ku gemetar,
tangan-tangan mencoba mengusap semua kerapuhan yang selayaknya segera menenggelamkanmu..
tapi entah,,
karena kala itu pun ranting-ranting kering yang terus menggelitiki mataku..
seandainya aku mampu..
disaat sekalipun angin menderukan suara yg sungguh memekakkan telingaku..
saat itu mencoba tiap buku jemari semakin kuat ingin menggenggam tiap ranting-ranting kering menua..
bukan...
karena tidaklah nyata ingin mematahkannya.

Denpasar, 24/5/2011

"...."

jangan biarkan hujan ini berhenti..
hingga aku tetap dapat menghitung tiap bulir rintik yang jatuh...
hingga pula basah tiap ranting kering yang beradu dengan senja..
jangan biarkan...
karena tak akan ada lagi bias rintik yang menetes jatuh..
dan aku takut ia tak mampu untuk terjatuh...

_5/7/2011_

"hanya"

yang ku takutkan saat kau katakan kakimu lelah melangkah,.
menyerah pada tajam nya kerikil yang senantiasa menyapa tiap telapak kaki mu..
aku takut matamu kan menunduk..
dan yang dapat ku lihat bukan kau di depan pintu,.
namun hanya punggung lusuh menunduk melihat tanah...
aku takut krn kau berkata "aku bukan pejuang"

_s.thia, 06/07/2011_

"ratapan nista"

sampai di hari ini pun sejujurnya kaki ku tak pernah bisa menapak jelas di tanah..
meski aku harus tetap berkata pada dunia bahwa aku tak apa-apa..
dan aku terus berkata aku tak apa-apa,
karena memang tak 'apa-apa'.. dan bukan apa-apa..
lalu apa??
sebagian dalam gelapnya masih ingin berteriak lantang..
meneriakkan makian-makian hingga rasanya'tak lagi "mata" itu basah..
tak lagi punggung ku merasakan ngilu dalam tiap helaannya..
dan tak akan lagi tiap jemariku tergores dengan indahnya..
sementara aku coba sembunyikan diriku dalam kolong untuk segera ku temukan gelapku..
seandainya..
terus aku ingin mencoba menenggelamkan diri ku bersama gelapnya "mata" itu..
hingga tak perlu lagi aku menunjukkan topeng ku pada dunia..hingga tak ada lagi sisa-sisa teduh hujan di daun dalam pagi ku..
sesungguhnya aku inginkan itu..

_3/10/2011_

"cerita hujan"

Entah,,,mungkin telah dijeda cerita tentangmu hujan..
tapi aku tak bisa bayangkan bagaimana daun-daun itu bisa mengobati dahaganya
entah sampai kapan bulirmu tak akan dapat aku hitung lagi
sejujurnya aku bimbang
mengapa langit tak mengizinkanmu turun lagi?
aaahhh...
mungkin karena aku tak layak lagi menunggu bulirmu.
tapi tidakkah kau lihat kini,
tanah pecah merapuh dalam tiap pijakku

_denpasar, 19/9/2011_

"ranting kering"

hei,, ranting kering..
lupakah kau bagaimana dahanmu mengayun saat itu..
lemah.. tapi indah.. aku suka..
benar-benar suka..
kau juga yang selalu akan menatap senja
jangan pernah takut padanya, karena suatu saat aku juga akan bertemu dengannya
hei,, ranting kering,
tetap lah pada keyakinanmu..
kau adalah ranting kering, mengapa kau ingin berubah menjadi rumput segar?
daun yang ada di sebelahmu, bukan tanah..
jangan kau lupakan berapa banyak warna senja yang telah kau kumpulkan..
dan tahu kah kau,, aku takut kau akan segera patah..
tidak.. kau tidak boleh patah..
dan jangan pernah kau mencoba untuk patah..
meski kau menyesal telah coba menggores mataku..
aku tetap mengagumi ayunan lemah mu..
ya.. lemah.. tapi indah..
jadi tetaplah mengayun di depan mataku..
hingga aku tetap bisa mengagumi ayunanmu..
meski kau hanya ranting kering..

_tampaksiring,18/9/2011_

"Sepatuku Usang"

saat dulu ku lewati etalase toko itu,.
berkali kali dan tak hanya sekali..
tak lah ada yang menarik,.
tak benar2 menarik,.
tapi entah kenapa sepasang sepatu itu tetap saja di sana,.
putih,.
tidak.. tidak benar2 putih. sesungguhnya tidak lah bagus, dan sangat jauh dari bagus. harganya pun tidak mahal. tp kenapa ia tetap ada d sana?
suatu hari coba aku masuk ke toko itu, ya.. dan coba aku lihat sepasang sepatu itu.
aku perhatikan dengan seksama.
tampak luar sepertinya sepatu ini sangat keras. "kaki ku mungkin akan sakit bila kupakai sepatu ini" pikirku.
tp entah dari mana datang nya niat aku mencobanya.
dan tanpa ragu, aku setuju membelinya.

senang rasanya, sepatu baru ya sepatu baru. sepatu yg tak terlalu bagus, tapi,, kaki ku nyaman d dalamnya. ingin segera aku pamerkan ia pada teman2 ku,.
ya,.
setiap hari aku kenakan di kakiku..
setiap hari..

tanpa sadar,
knp sepatu itu tampak begitu kusam sekarang..?
debu di mana2..
talinya mulai kecoklatan..
ujungnya pun mulai koyak.
entah.. aku mulai berpikir.. mungkin ini perlu kuganti..
ya, akan ku ganti..

tapi, mengapa aku lupakan betapa nyaman sepatu ku itu..??
dia yg selalu berusaha menjaga kaki ku agar tak pernah terluka.
dia usang kini, kotor berdebu bukan karena salahnya.
terlebih karena aku tak pernah merawatnya.
padahal baru beberapa bulan.
tak ada lagi kebanggan saat aku memakainya.

seandainya jika sepatu itu bisa berbicara mungkin dia akan berkata "sudah bosankah kau pada ku kini..?? tapi aku akan tetap ada di rak mu ini, menunggu hingga kau mungkin akan berniat memakaiku lagi."

_tampaksiring, 13/9/2011_

"Hujan rintik"

Ketika aku tak sadar. .
Ketika aku juga basah oleh tampiasnya rintik hujan. .
Padahal aku tengah berteduh di bawah atap. .
Mulai kuhitung rintiknya. .
Begitu juga kau tak percaya ketika kita menghitungnya bersama. .
Apakah kau tahu berapa jumlah bulirnya?
Sehingga aku basah jua karenanya. .

_tampaksiring, 6/1/2011

#sebuah karya dari seorang kawan

Senin, 17 Oktober 2011

"Dengarkan Senja"

hei senja...
setelah beberapa kali coba aku tuliskan huruf-huruf ini..
tak pernah sampai rasanya padamu..
lalu bagaimana senja..??
boleh kutuliskan lagi.. untukmu..??
dan mungkin tak hanya sekali ini..
bolehkah..??
ini tidaklah berharga, benar..
taklah seberharga dirimu..
meski pun begitu..
tangan ku tak pernah mau berhenti untuk menyentuh huruf-huruf ini..

senja..
terlalu banyak pertanyaan dalam kepalaku..
berlomba satu persatu mencoba keluar..
tidakkah kau ingin menjawabnya untuk ku..
meski hanya satu..??

"Untukmu Senja"

senja,,

terulang lagi,.
dan berkali-kali..
entah sudah berapa kali,.
tapi senja..
meski kau hanya akan tenang dalam diam mu..
aku tetap lah aku..
dan tak akan aku biarkan bulirku berlomba..
karena itu akan lebih membuat kecewa orang yg menyayangi ku..
kau tahu,, mungkin aku hanyalah mampu bersenyawa dengan angin dan tak akan mampu untuk menuju mu senja..
mungkin ini saatnya..
tak akan ku ganggu kau lagi dalam tenang mu..

aku senang dengan warna mu..
warna itu warna bahagia ku..

_manukaya, 15/9/2011_

"aku dan senjaku"

aku tak tahu akan ku temukan dimana bahagia ku..
tapi, saat kupikir akan berhenti tubuh ku berdiri di hadapmu..
membuat ngilu rasa seluruh tulang punggungku..
ya ,, senja,,
ngilu yang tak akan pernah bisa aku urai betapa itu akan menyakitkanku..
mungkin kau akan memandangku bodoh..
karena masih tetap berdiri di jalan ini..
tapi senja.,
sejatinya pernahkah kau bayangkan meski hanya sepintas,,
bahwa aku tak pernah takut tulang punggungku akan rapuh..
atau bahkan aku tak takut seberapa ngilu tiap keping tulangku yang jatuh..
karena aku bisa melihat warnamu..
warna bahagia ku di jalan ini.. dan mungkin tak akan bisa ku temukan warna mu dijalan lain..
masihkah kau izinkan aku untuk melihat warnamu, senja..?

_16/9/2011_

"kepingan perjalananku"

sebuah perjalanan yang sekarang coba aku rangkai dan aku kumpulkan dalam kotak kosong berdebu.
meski kosong kotakku akan terisi.
suatu saat, karena hari ini aku telah mengumpulkan beberapa keping potongan dari bagian perjalanan yang telah coba aku tapaki.
kepingan-kepingan yang masing-masing menjadi simbol betapa telah panjang perjalanan yang telah coba aku tempuh.. dan simbol betapapanjang perjalanan yang masih harus aku tempuh.
Tak pernah aku sesali tiap keping yang kini ku simpan dalam kotak kosongku,,meski tiap kali aku punguti, jari tanganku tergores, kaki ku selalu tersandung, tulang-tulang punggungku terasa ngilu.
tapi tetap harus aku punguti.
ya,, dan masih akan aku punguti.
jangan kau coba hentikan langkah goyahku saat ini,
karena meskipun bergetar kaki ku tetap mencoba berdiri. Dan jangan kau minta aku menghitung banyaknya kepingan yang aku simpan.
karena mungkin benakku tak mampu lagi untuk menghitungnya.
Biarkan disaatnya nanti, akan aku rangkai kembali tiap kepingan perjalannanku.
tidak sempurna memang, bahkan mungkin akan terlihat cacat.
tapi tetap akan aku rangkai dan akan ku pajang untuk ku bercermin diri..
hingga disaatnya nanti..

Denpasar, 19/9/2011

#terima kasih kak Yuma Armena, Lotus Kireina, bli Dewa Enggung Susila, mok Dani Asih.. :D

"............"

sujud syukurku padamu Tuhan..
semua yang Kau tunjukkan padaku kini adalah pembelajaran hidupku..
ampuni aku karena keegoisanku waktu dulu..
hanya mampu melarikan diri..
bukan,.
bukan lari dariMu,. tapi aku telah lari dan ingin lari dari karma ku..
mungkin kini Kau ingin membuatku belajar tentang keikhlasan.. benarkah..??
atau Kau ingin aku belajar untuk benar-benar merasakan terjatuh,,
dan sekedar sakitnya saat terluka...??
inikah waktu untukku Tuhan,.??
waktu ku untuk menjalankan karmaku..??
apakah kau ingin aku belajar tentang ketulusan dari dia..??
ataukah Kau ingin aku belajar tentang pengorbanan dari orang itu..??
atau mungkin Kau ingin tunjukkan padaku
bahwa banyak orang yg tak seberuntung diri ku lewat mereka..??
tak ada hal yang benar-benar bisa aku pahami tentangMu Tuhan...

"hanya sebuah cerita"

sesaat dan di suatu hari,,
aku pernah mencoba untuk berlari..
aku lupa, benar-benar lupa bahwa saat aku berlari, kaki ku tanpa alas kaki..
debu-debu akan menempeli tiap pori dalam kulit tubuh ku..
tapi aku masih saja berlari..
hingga.. tak pernah aku temukan, tak ada yang bisa aku temukan
yang kudapati hanya jejak kaki..
jejak kaki ku..
apa????
meringispun aku karena kebodohanku.. tetap saja..
cahaya yg aku lihat adalah cahaya yang coba aku kejar..
di pohon itu, dan ternyata memang dipohon itu..
lalu untuk apa..??
pohon itu meneduhkan..
pohon yang selalu melambai pada ku..
menarikan angin yang tetap saja berlari..
saat ini,, hanya mampu aku usap kaki ku berdebu..
dan kau tau,, ternyata tak lebih sakit dari saat aku terjatuh..
lalu mengapa mata ku selalu basah.. bukan mata, tapi "mata"..
karenanya sesaat ini aku hanya bisa menutup "mata" sampai nanti semua debu itu terjatuh..
ya.. sampai suatu saat nanti             

_tampaksiring, 19/9/2011_

"bunga krisanku,, ayah"

ternyata benar katamu, ayah...
bunga krisan yang ku letakkan di atas meja kini layu..
bunga indah yang kuperoleh bukan dengan sengaja..
ayah,, mungkin kau benar ..
aku ingat kata-katamu saat itu,
kau ingatkan aku bahwa bunga itu tak akan bertahan lama..
tak selama rasa kagum yg akan aku rasakan karena indahnya..
maafkan aku ayah..
karena selama ini sempat aku membantahmu dan meyakinkanmu tentang keyakinanku..
tapi ayah,, aku sungguh tak menyesali meski bunga krisan ku ini layu..
karena dia benar-benar indah saat ku letakkan di atas meja ku..
dan akan tetap indah dalam ingatanku..

_tampaksiring, 15/10/2011_